Penggunaan shotel yang terdokumentasi dengan baik terjadi pada abad ke-14, pada masa pemerintahan Amda Seyon I. Penguasa Ethiopia antara tahun 1314 dan 1344, Amda Seyon juga merupakan penakluk yang menakutkan.
Shotel memainkan peranan penting. Meskipun orang Ethiopia menggunakan berbagai jenis pedang, shotel digunakan oleh prajurit tangguh yang dikenal sebagai shotelai. Di bawah pimpinan Amda Seyon, mereka diorganisasi menjadi Axurarat Shottai. “Axurarat Shottai adalah salah satu pasukan tempur terkuat milik raja dan penggerak penaklukannya,” tambah Amber.
Namun, shotel itu juga memiliki kekurangan. Gagang pedang itu kecil dan bilahnya berat, sehingga sulit untuk digunakan. Terlebih lagi, mengeluarkan pedang dari sarungnya seringkali sulit dan canggung.
Memang, penggunaan pisau bermata dua mulai berkurang. Terutama setelah orang Eropa mencapai Etiopia pada akhir abad ke-15.
Shotel perlahan memudar karena meningkatnya kontak dengan Eropa
Orang Etiopia telah melakukan kontak dengan orang Eropa sebelumnya. Namun pelayaran “serius” dari Eropa ke Afrika mulai tahun 1490-an. Bangsa Eropa tidak terlalu terkesan dengan shotel itu. Seorang Eropa yang menemukan senjata tersebut bahkan mencibir bahwa senjata tersebut sangat tidak praktis. Menurut mereka, pedang seperti itu tidak pernah menjadi milik ras pendekar perang. Tak lama kemudian, penggunaannya mulai menurun.
Namun shotel tetap menjadi benda penting dalam budaya Ethiopia. Di luar peperangan, shotel juga populer sebagai perkakas rumah tangga. Shotel sering digambarkan di dalam rumah atau digunakan untuk memotong makanan. Seorang pengunjung Eropa di Etiopia dan Eritrea pada pertengahan abad ke-18 menggambarkan shotel sebagai pisau ukir. Hal ini mencerminkan semakin meningkatnya penggunaan domestik dan komersial.
Selain itu, beberapa sejarawan berpendapat bahwa shotel bukan merupakan senjata perang, tetapi lebih merupakan simbol status. Ukuran dan ornamen pada pedang tersebut menandakan pemakainya sebagai orang yang penting, kuat, dan cakap. Daya tariknya pun meningkat di kalangan calon kekasih.
Di jantung Ethiopia, shotel perlahan digantikan dengan pedang baru seperti “gurade,” pedang tempur Ethiopia. Pedang ini diperkenalkan pada abad ke-19 dan bergaya pedang Eropa dengan bilah bermata tunggal. Beberapa pedang gurade bahkan memiliki bilah buatan Eropa dan motif beruang. Juga desain lain yang sangat dipengaruhi oleh pedang Eropa.
Pada akhir abad ke-19, shotel tidak lagi menjadi senjata praktis, melainkan lebih merupakan peninggalan masa lalu. Saat ini, sebagian besar dipajang di museum. Shotel menggambarkan era penakluk dan pejuang, pendekar pedang elite, dan bilah pedang bermata dua yang sangat tajam dan mematikan.
Source | : | All Thats Interesting |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR