Hutan mangrove menyediakan "tempat pembibitan bagi ikan muda di sistem akarnya", "tempat persembunyian ikan dari predator", dan "menyediakan makanan melalui serasahnya yang jatuh ke air,” jelas Mulia. “Dengan manfaat ini, hutan mangrove menyediakan ekosistem bagi ikan untuk berkembang biak sehingga ada lebih banyak ikan ketika ada hutan mangrove yang sehat.”
Di sisi lain, rumah tangga pesisir yang tinggal dekat area akuakultur atau budi daya perairan dengan kepadatan tinggi —misalnya tambak ikan—mengonsumsi 2 persen lebih banyak ikan segar. Akan tetapi, mereka yang tinggal dekat area akuakultur dengan kepadatan sedang justru mengonsumsi 1 persen ikan segar lebih sedikit, dibanding rumah tangga pesisir yang jauh dari tambak maupun hutan mangrove.
Menurut tim peneliti, “kegiatan akuakultur tampaknya tidak menawarkan manfaat ketahanan pangan yang serupa dengan hutan mangrove.”
“Kami berhipotesis bahwa ini karena akuakultur mungkin menguntungkan pemilik tambak perorangan yang memperoleh pendapatan lebih banyak dan/atau memakan sebagian ikan mereka sendiri, tetapi akuakultur tidak menguntungkan seluruh masyarakat," papar Mulia yang mewakili tim risetnya.
"Mereka yang tak punya tambak, tidak mendapatkan keuntungan (dari keberadaan tambak), atau bahkan mungkin merugi jika tambak akuakultur mengorbankan keberadaan hutan mangrove, atau dari polusi yang disebabkan kegiatan akuakultur,” jelasnya lagi. “Dengan kata lain, hutan mangrove memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat nelayan, sehingga lebih banyak orang bisa memperoleh manfaat.”
Sebuah riset lainnya, yang terbit pada tahun yang sama, juga menegaskan betapa besarnya nilai ekonomi dari kelestarian hutan mangrove bagi perikanan. Penelitinya, Yuki Yamamoto dari Nagasaki University dengan riset berjudul “Living under ecosystem degradation: Evidence from the mangrove–fishery linkage in Indonesia”.
Menurutnya, nilai ekonomi potensial dari konservasi mangrove di Indonesia bagi produksi perikanan mencapai 22.861 dolar AS atau sekitar Rp363 juta per hektare per tahun. “Hal ini membuat konservasi jauh lebih hemat biaya daripada penggunaan lahan alternatif, seperti akuakultur dan perkebunan kelapa sawit,” tulis Yuki dalam risetnya yang terbit di Journal of Environmental Economics and Management.
Temuan-temuan ini menyoroti perlunya dukungan konservasi hutan mangrove untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan konservasi ekosistem. “Melindungi hutan mangrove Indonesia penting untuk manfaat iklim dan keanekaragaman hayati. Ini adalah manfaat bagi semua orang di komunitas global,” kata Mulia.
“Namun, melindungi hutan mangrove Indonesia juga penting bagi masyarakat lokal, karena hutan mangrove memberikan manfaat bagi masyarakat yang tinggal di dekatnya.”
Di masa lalu, orang berpikir bahwa me nebang hutan mangrove untuk membangun tambak ikan akan bermanfaat bagi ketahanan pangan. “Kami melihat bahwa jika ada manfaat ketahanan pangan dari hal ini, manfaatnya hanya untuk segelintir orang,” tegas Mulia.
“Namun, biaya yang harus ditanggung masyarakat akibat hilangnya hutan mangrove akan jauh lebih besar karena hutan mangrove menyediakan sistem tempat banyak ikan dapat tumbuh subur di perairan di sekitarnya sehingga semua anggota masyarakat dapat mengakses makanan sehat ini."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR