Bahkan hantaman yang tidak menyebabkan kerusakan yang nyata dapat mengurangi daya mesin dan menambah biaya operasional.
Dari tahun 2013 hingga 2018, hantaman burung menyebabkan kerusakan pesawat senilai 340 juta dolar AS atau sekitar Rp5,5 triliun, menurut analisis oleh perusahaan asuransi Allianz Global Corporate and Specialty.
Perusahaan tersebut melaporkan bahwa perusahaan asuransi menerima lebih dari 900 klaim terkait hantaman burung selama lima tahun tersebut untuk menutupi biaya perbaikan mesin dan rangka pesawat yang rusak, yang mencakup struktur mekanis seperti sayap. Klaim rata-rata adalah sebesar 368.000 dolar AS sementara beberapa klaim lainnya melebihi 16 juta dolar AS.
Bisakah tabrakan pesawat dengan burung dicegah?
Karena banyak hantaman burung terjadi di dekat bandara, otoritas dan pengelola bandara dapat memitigasi risiko tabrakan melalui manajemen dan pengendalian burung. Upaya mitigasi ini melibatkan penggunaan sistem radar terlebih dahulu untuk mendeteksi keberadaan burung.
Selain menggunakan sistem deteksi yang lebih baik untuk memperingatkan pilot agar menyesuaikan jalur penerbangan, beberapa teknik dapat digunakan untuk menakut-nakuti burung. Sinyal bahaya burung, hewan pengalih perhatian, atau menggunakan suara dan lampu adalah beberapa cara untuk mengarahkan burung menjauh dari pesawat yang dekat dengan bandara.
Selain itu, para pegiat konservasi juga menganjurkan terciptanya koridor migrasi yang aman bagi burung. Ini adalah jaringan habitat yang saling terhubung yang dibuat setelah mengidentifikasi rute migrasi umum. Koridor ini menyediakan akses ke sumber daya yang diperlukan seperti makanan, air, dan tempat istirahat serta membantu menjaga keanekaragaman hayati.
Dalam beberapa kasus, koridor satwa liar ini merupakan kawasan yang dilindungi dan ada secara alami. Dalam kasus lain, habitat yang telah terfragmentasi oleh aktivitas manusia dapat dipulihkan dan dihubungkan kembali menjadi koridor migrasi burung.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR