Pada saat itulah ketika tikus-tikus yang telah terinfeksi pinjal mati, maka pinjalnya tersebut tidak ikut mati melainkan akan pindah ke tikus lainnya, begitu seterusnya hingga pinjal tersebut menular ke tubuh manusia.
Pinjal merupakan sejenis kutu tikus yang menyukai tempat hangat dan gelap yang juga dapat menularkan wabah penyakit.
Pada permulaan terjangkitnya, seseorang akan mengalami demam, sakit kepala, dan bengkak atau bisul pada kelenjar getah bening yang menyakitkan, biasanya terdapat di ketiak, selangkangan atau belakang telinga.
Menurut Martina, "jenis ini dapat mematikan manusia dalam hitungan dua-tiga hari saja." jenis penyakit pes yang mewabah di Hindia Belanda adalah bubonic plague atau pes kelenjar (bisul).
Faktor cuaca akan sangat menentukan terjadinya epidemi penyakit yang mematikan ini. Perubahan musim merupakan faktor penentu kekebalan bakteri pes dan tipe penyakit yang ada pada manusia.
Pada awal tahun 1916 Pemerintah Mangkunegaran menyetujui untuk melakukan perbaikan di beberapa kota di Praja Mangkunegaran sebagai sebuah tindakan preventif.
Upaya yang dilakukan pemerintah Mangkunegaran selain memberantas penyakit pes dengan mengasingkan orang-orang yang telah terjangkit penyakit dan membongkar rumah yang menjadi tempat bersarangnya tikus-tikus.
Pemerintah Mangkunegaran dalam rapat bersama Kepala Dinas Pemberantasan Penyakit Pes juga telah memutuskan untuk segera melakukan perbaikan terhadap rumah-rumah penduduk yang dianggap tidak memenuhi kriteria rumah sehat.
Kriteria rumah yang sehat pada waktu itu adalah lantai harus kering, harus ada pintu dan jendela, berventilasi, tidak ada genangan air di sekitar rumah, di setiap sumur harus dibuatkan penghalang di pinggirnya agar tidak tercemari air kotor.
Bagi penduduk yang mampu, dianjurkan untuk menggunakan atap dari genteng juga membuat kakus di setiap rumahnya, sehingga kebersihan rumah mereka dapat terjaga.
Kemudian pada bulan Juni 1916 perbaikan tersebut dilakukan di beberapa kota, seperti Kartasura, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, Delanggu, Wedi, Sragen, Karanganyar (sampai ke desa-desa yang ada di Tasikmadu), Boyolali, dan Pengging.
Jumlah kasus yang diketahui wabah pes di wilayah Mangkunegaran pada tahun 1915, Distrik Kota Mangkunegaran tercatat mencapai 325 orang dari total 785 orang.
Pemerintah mulai berupaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap rakyatnya di Praja Mangkunegaran. Alhasil, pemerintah Mangkunegaran berhasil mendirikan sebuah Rumah Sakit Umum, yaitu Rumah Sakit Ziekenzorg.
Rumah sakit ini dibangun pada tahun 1921 yang belokasi di sebelah barat Pura Mangkunegaran. Rumah sakit ini mendapat subsidi yang cukup besar dari Pemerintah Swapraja yang setiap tahunnya menerima sebesar f. 5.000 (gulden).
Source | : | jurnal Avatara |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR