Nationalgeographic.grid.id—Sebuah terobosan baru dalam dunia konstruksi telah membuka potensi besar dalam perang melawan perubahan iklim.
Sebuah studi komprehensif yang diterbitkan dalam jurnal Science mengungkapkan bahwa bahan bangunan tertentu dapat berperan sebagai penyerap karbon dioksida (CO2) yang sangat efektif.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Department of Civil and Environmental Engineering di University of California dan Department of Earth System Science di Stanford University.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika kita sepenuhnya mengganti bahan bangunan konvensional dengan alternatif yang mampu menyimpan karbon, maka kita berpotensi menyerap lebih dari 16 miliar ton CO2 setiap tahunnya.
Angka ini sangat signifikan jika kita bandingkan dengan total emisi karbon global. Pada tahun 2021, manusia melepaskan sekitar 33,2 miliar ton CO2 ke atmosfer.
Artinya, dengan mengadopsi bahan bangunan yang tepat, kita dapat mengurangi hampir setengah dari total emisi global.
Bagaimana bahan bangunan bisa menyerap karbon?
Para peneliti mengidentifikasi berbagai jenis material yang memiliki kemampuan ini, mulai dari kayu dan plastik berbasis biomassa hingga semen dan beton yang dimodifikasi.
Bahan-bahan ini, seperti dilansir Carbon Herald, dapat menangkap dan menyimpan karbon selama proses produksi atau penggunaan.
Namun, potensi penyimpanan karbon dalam bahan bangunan tidak hanya ditentukan oleh kapasitas penyerapan masing-masing material, tetapi juga oleh skala penggunaannya.
Semakin banyak bangunan yang menggunakan bahan-bahan ini, semakin besar pula total karbon yang dapat kita simpan.
Baca Juga: Indonesia Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional Hari Ini, Harapan Atasi Deforestasi?
Tak Hanya Gedung, Multimedia Nusantara School Usung Sustainability Lewat Kurikulum
KOMENTAR