Di Mesir pada masa Firaun, misalnya, terdapat gambar yang menggambarkan perempuan bekerja di ladang, memanen bulir gandum. Perempuan juga diketahui menggembalakan ternak di kalangan bangsa Het, Persia, Arab, Frigia, dan India.
Sebuah studi terbaru tentang ekonomi petani di Yunani kuno yang dilakukan oleh Thomas Gallant menunjukkan bahwa banyak petani kecil kesulitan menghasilkan surplus yang cukup untuk membeli dan mempekerjakan pekerja tambahan.
Di Italia Romawi, sebagian besar anggota kelas ekonomi rendah mengelola lahan pertanian mereka sendiri tanpa banyak bantuan dari luar.
Karena itu, perempuan juga harus menanggung beban pekerjaan di ladang. Pengamatan Aristoteles bahwa "orang miskin harus menggunakan istri dan anak-anak mereka sebagai pekerja karena mereka tidak mampu memelihara budak" kemungkinan besar berlaku bagi masyarakat pedesaan pada masa itu.
Konsep Siklus Hidup Rumah Tangga juga penting untuk dipertimbangkan. Konsep ini menyoroti bagaimana perubahan dalam jumlah dan usia anggota keluarga memengaruhi keseimbangan tenaga kerja di rumah tangga.
Misalnya, ketika orang tua semakin tua dan tidak lagi mampu bekerja di ladang, anak-anak mereka—baik laki-laki maupun perempuan—harus mengambil alih tanggung jawab yang lebih besar. Kemudian, generasi berikutnya juga akan turut berkontribusi dalam tenaga kerja pertanian.
Selain itu, banyak petani pada masa itu terlibat dalam kegiatan militer, yang sering menyebabkan berkurangnya tenaga kerja pertanian dalam jangka waktu tertentu.
Ketika para pria pergi berperang, perempuanlah yang bertanggung jawab mengelola ladang dan memastikan keberlangsungan pertanian.
Meskipun sulit untuk merekonstruksi gambaran yang sepenuhnya akurat mengenai peran perempuan dalam pertanian pedesaan kuno, bukti menunjukkan bahwa mereka kemungkinan besar turut serta dalam berbagai jenis pekerjaan pertanian, terutama dalam situasi yang menuntut tenaga kerja tambahan.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR