Sementara itu, Ketua Umum AEEVI, Etih Sudarnika, menambahkan bahwa memperkuat sistem kesehatan hewan adalah kunci meningkatkan daya saing peternakan nasional.
Baca Juga: Ramai Dibicarakan, Begini Perbedaan Gejala Virus HMPV dengan Influenza dan COVID-19
"Dengan hewan yang sehat, daya saing peternakan meningkat dan kesejahteraan masyarakat terwujud," katanya.
Menurut paparan narasumber dalam dikusi, informasi importasi daging kerbau asal India sebagai penyebab wabah PMK di Indonesia adalah informasi yang tidak tepat, karena pemasukannya sudah melalui proses analisa risiko dan dipastikan aman.
Hal tersebut dikarenakan pemasukan berupa daging tanpa tulang dan limphoglandula telah mengalami proses pelayuan selama 24 jam yang mengakibatkan virus mati dan tidak ditemukan di dalam daging.
Selain itu hasil kajian epidemilogi molekuler yang dilakukan oleh laboratorium kesehatan hewan Indonesia dan laboratorium rujukan PMK dunia di Pirbright, Inggris, menunjukkan virus PMK di Indonesia sangat dekat kekerabatannya dengan virus PMK yang bersirkulasi di beberapa Negara di Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia.
Fakta lain yang terungkap adalah adanya pemasukan ilegal komoditas ternak dari Thailand dan Malaysia ke semenajung Sumatera yang merupakan titik awal wabah PMK tahun 2022.
Dalam kesempatan tersebut, Agung mengapresiasi inisiatif AEEVI dan FAO-ECTAD dalam menyelenggarakan webinar ini. Menurutnya, pemahaman yang benar tentang PMK sangat penting untuk mencegah disinformasi.
Agung juga mendorong para akademisi dan para ahli untuk terus menyajikan data ilmiah sebagai dasar kebijakan yang lebih tepat sasaran.
Webinar ini diharapkan mampu memperkuat strategi pencegahan dan pengendalian penyakit hewan di Indonesia khususnya melalui penguatan pengawasan di perbatasan dan penguatan sistem kesehatan hewan nasional.
Sebagai bagian dari strategi pengendalian dalam upaya membebaskan kembali Indonesia dari PMK, Agung menyampaikan bahwa Ditjen PKH menggelar Bulan Vaksinasi PMK pada Februari–Maret 2025.
Dia mengajak semua pihak, mulai dari pemerintah, asosiasi, dan peternak untuk berperan aktif dalam program ini demi mempercepat pemulihan dan mencegah penyebaran lebih luas.
"Pencegahan PMK memerlukan kerja sama semua pihak, mulai dari pengawasan lalu lintas ternak hingga vaksinasi massal yang harus kita sukseskan bersama," tegasnya.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR