Chloe menambahkan, "Sangat menghangatkan hati melihat begitu banyak orang peduli terhadap isu ini saat pameran terakhir kami. Saya dan Fariz akan terus mengembangkan proyek ini—karena membangun jalan yang inklusif membutuhkan upaya kolektif, kesadaran, dan tindakan dari kita semua."
Hylume oleh Leïla Bouyssou (Prancis), Bani Muhammad (Indonesia), dan MYCL (Indonesia). Ketiganya meneliti potensi akustik miselium dengan menciptakan panel insulasi suara berbasis material alami yang inovatif.
Lampoep oleh Ratna Djuwita (Indonesia), Pim van Baarsen (Belanda), dan Cowka (Indonesia). Mereka mengolah limbah cair kedelai dan kotoran sapi menjadi material penerangan ramah lingkungan yang mempertahankan nilai keterampilan warga setempat.
Cuir Mache oleh Rininta Isdyani (Indonesia), Alve Lagercrantz (Jerman), dan Hirka (Indonesia) yang mengubah kaki ayam, yang biasanya menjadi limbah makanan, menjadi material kulit inovatif yang tahan lama dan bernilai tinggi.
ESPRESSO oleh Cokorda Gde Bagus (Indonesia), Ciana Martin (Irlandia), dan Bell Living Lab (Indonesia). Memanfaatkan ampas kopi untuk menciptakan kursi multifungsi bagi kedai kopi dan ruang publik, terinspirasi dari teknik pemadatan dalam proses pembuatan espresso.
Nicolaas de Regt, Direktur Erasmus Huis dan Kepala Departemen Budaya dan Komunikasi Kedutaan Besar Belanda, mengungkapkan bahwa Erasmus Huis merasa bangga dan terhormat telah menjadi tuan rumah pameran Design Matters Lab.
Ia mengungkapkan bahwa pameran ini "sejalan dengan komitmen bersama kami dalam menghadapi tantangan keberlanjutan". Perhelatan ini juga "selaras dengan misi utama Belanda yang telah lama mengeksplorasi solusi inovatif melalui program seperti What if Lab dan Building with Nature," ungkapnya.
Menurut Nicolaas, proyek ini begitu menarik karena bertumpu pada kolaborasi lintas budaya, mendorong dialog kreatif antara perspektif Indonesia dan Eropa untuk menciptakan desain yang berdampak. "Kami percaya," ujarnya, "mempertemukan para desainer ini akan menginspirasi audiens untuk turut serta dalam membangun masa depan yang lebih berkelanjutan."
Sementara itu Summer Xia, Co-President EUNIC Indonesia Cluster dan Country Director British Council Indonesia, mengungkapkan bahwa perjumpaan antara desainer dari Indonesia dan Eropa, telah tidak hanya menghasilkan pertukaran ide, tetapi turut menciptakan solusi yang mengubah limbah menjadi peluang.
"Desain memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan yang mampu menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis limbah," ujarnya. "Melalui berbagi pengetahuan, pertukaran budaya, dan inovasi yang berani, kita sedang membangun masa depan yang lebih berkelanjutan—di mana kreativitas dapat menghasilkan dampak nyata.”
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR