“Saya rasa itu hanya sesuatu yang mengganggu, bukan?” kata Bronstein. “Ada sesuatu di punggung mereka, dan mereka hanya mencoba menyingkirkannya. Saya rasa itu tidak ada maknanya.”
Apakah Monyet dan Rusa Memiliki “Budaya” yang Sama?
Meskipun interaksi antara dua spesies ini menarik secara ilmiah, perilaku tersebut tetap jarang terjadi dan sulit diamati. Hal ini membuat peneliti semakin kesulitan dalam menentukan maknanya.
"Terakhir kali saya pergi ke Yakushima, saya menghabiskan lima hari di sana," kata Sueur. "Dan saya hanya bisa mengamatinya selama dua detik."
Namun, fakta bahwa perilaku ini terjadi pada kedua jenis kelamin monyet dan kini muncul di dua lokasi berbeda menunjukkan bahwa monyet makaka dan rusa sika mungkin sedang mengembangkan sesuatu yang disebut peneliti sebagai co-culture atau budaya bersama.
Konsep co-culture ini pertama kali diusulkan oleh Sueur dan rekannya, Michale Huffman, dalam jurnal Trends in Ecology & Evolution pada September 2024.
Dalam dunia hewan, ilmuwan menggunakan istilah budaya untuk menggambarkan perilaku yang muncul di satu atau beberapa populasi, tetapi tidak di semua.
Sebagai contoh, beberapa kelompok simpanse menggunakan ranting untuk menangkap rayap, sementara kelompok lainnya belajar memecahkan kacang dengan batu. Begitu juga dengan paus bungkuk yang memiliki nyanyian berbeda di berbagai populasi.
Namun, dalam konsep co-culture, kata Sueur, dua spesies harus mengembangkan serangkaian perilaku yang saling berinteraksi secara bersamaan.
"Di tempat lain, Anda mungkin tidak akan melihat interaksi antara rusa dan monyet sama sekali," ujarnya.
Bronstein menganggap konsep co-culture ini "sangat menarik." Namun, apakah perilaku menaiki rusa benar-benar menyebar melalui transmisi sosial masih menjadi hipotesis sampai para peneliti dapat mengidentifikasi monyet-monyet ini dengan kepastian penuh.
"Itu masuk akal," kata Bronstein. "Monyet adalah makhluk yang sangat cerdas, dan ada banyak sekali kasus di mana primata mengadopsi perilaku baru hanya dengan mengamati satu sama lain."
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR