Zhang dan Song menggunakan teknik statistik lain. Mereka menguji apakah perilaku biseksual terkait dengan lebih banyak anak, terlepas dari kecenderungan genetik untuk mengambil risiko.
Asosiasi tersebut menghilang setelah menghilangkan varian gen tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa varian gen yang terkait dengan pengambilan risiko meningkatkan kemungkinan perilaku biseksual dan memiliki lebih banyak anak.
Andrea Camperio Ciani dari Universitas Padova mempertanyakan mengapa perilaku gay eksklusif tetap ada jika menghasilkan lebih sedikit keturunan. Ia mencatat bahwa "orang gay telah ada di mana-mana" dengan frekuensi rendah.
Psikolog Michael Bailey dari Universitas Northwestern memiliki beberapa keberatan. Ia mencatat bahwa studi ini hanya berdasarkan laporan perilaku seksual masa lalu, bukan aspek lain seperti orientasi seksual dan perasaan. Catherine Saunders dari Universitas Cambridge setuju dengan kritik ini. Ia mengatakan ini adalah studi tentang riwayat seksual, bukan identitas seksual.
Steven Reilly dari Yale School of Medicine menyoroti masalah dengan data UK Biobank. Sebagian besar pesertanya berusia di atas 50 tahun dan tumbuh di masa ketika homoseksualitas ilegal dan dianggap sebagai gangguan mental. Stigma ini dapat memengaruhi jawaban mereka. Ia juga mempertanyakan definisi "pengambilan risiko" dalam penelitian ini.
Robbee Wedow dari Universitas Purdue, penulis makalah GWAS tahun 2019, khawatir penelitian ini bisa disalahartikan. Ia menyebut bukti yang menghubungkan kebugaran evolusi dengan perilaku biseksual "tidak hanya salah, tetapi berbahaya" jika disalahpahami.
Setelah makalah tahun 2019, sebuah perusahaan meluncurkan aplikasi yang mengklaim dapat memprediksi ketertarikan sesama jenis. Wedow khawatir temuan lemah dapat digunakan untuk narasi yang salah tentang biseksualitas dan evolusi.
Zhang membantah anggapan tersebut. Ia menyatakan bahwa banyak penelitian yang dianggap berbahaya justru mendorong kemajuan.
Wedow menekankan pentingnya komunikasi yang benar. Untuk makalah tahun 2019, timnya berkonsultasi dengan komunitas LGBTQ+ dan kelompok advokasi. Zhang mengatakan ia dan Song juga berdiskusi dengan orang-orang queer dan mengadakan pertemuan kampus. Diskusi ini menghasilkan perubahan kata-kata dalam naskah akhir untuk menghindari salah tafsir.
Zhang dan Song berharap hasil penelitian mereka akan berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang seksualitas manusia. Mereka menekankan bahwa penelitian ini "tidak, dengan cara apa pun, dimaksudkan untuk menyarankan atau mendukung diskriminasi berdasarkan perilaku seksual."
KOMENTAR