Nationalgeographic.co.id—Asteroid berukuran piramida Giza yang 'berpotensi bahaya' akan melintas dekat Bumi untuk pertama kalinya dalam 100 Tahun terakhir.
Sebuah asteroid besar bernama 2014 TN17, yang ukurannya cukup besar untuk menghancurkan sebuah kota, melintas di dekat Bumi pada Rabu, 26 Maret, seperti dilansir dari laman Live Science.
Meskipun berpotensi bahaya, asteroid ini sepertinya tidak menimbulkan ancaman bagi planet kita, dan para peneliti akan memantau pergerakannya dengan cermat selama pendekatan tersebut.
Asteroid berkecepatan tinggi ini akan melewati Bumi dengan kecepatan sekitar 77.300 km/jam dan mencapai jarak terdekatnya dalam lebih dari satu abad. Namun, data menunjukkan bahwa asteroid ini tidak berisiko menabrak Bumi sekarang maupun di masa depan.
Menurut Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, asteroid 2014 TN17 akan mencapai titik terdekatnya pada Rabu (26 Maret) pukul 07.30 ET (Eastern Time) atau sekitar 3,2 juta mil (5,1 juta kilometer) dari Bumi—sekitar 13 kali jarak Bumi ke Bulan.
Berdasarkan simulasi JPL yang mencakup lintasan asteroid dari tahun 1906 hingga 2200, pendekatan ini adalah yang paling dekat dalam hampir 300 tahun terakhir.
Para peneliti memperkirakan bahwa asteroid ini memiliki diameter sekitar 165 meter, sedikit lebih lebar dibandingkan tinggi Piramida Agung Giza di Mesir.
Dengan ukuran sebesar itu, jika menabrak Bumi, asteroid ini berpotensi menghancurkan sebuah kota. NASA mengkategorikan 2014 TN17 sebagai "berpotensi berbahaya", bukan karena adanya ancaman langsung, tetapi karena ukurannya yang besar dan orbitnya yang terkadang mendekati Bumi.
Meskipun akan melintas cukup dekat, asteroid ini tidak akan terlihat dengan teleskop amatir atau teropong bintang. Namun, ukurannya yang besar memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajarinya lebih lanjut.
NASA berencana mengamati asteroid ini menggunakan sistem radar Goldstone Solar System Radar (GSSR) di California, yang khusus digunakan untuk memantau objek-objek tata surya yang melintas dekat Bumi.
Dalam beberapa tahun terakhir, teleskop GSSR telah membantu mengungkap bentuk unik asteroid berbentuk "manusia salju", mendeteksi perubahan orbit asteroid lain, dan bahkan menemukan bulan kecil yang mengorbit salah satu asteroid.
Baca Juga: Singkap Rahasia Sains Berusia Miliaran Tahun dalam Debu Asteroid Bennu
Pengamatan mendatang terhadap 2014 TN17 diharapkan dapat memberikan wawasan baru yang menarik tentang karakteristiknya.
Asteroid Berpotensi Bahaya
Saat ini, terdapat sekitar 2.500 asteroid yang dikategorikan berpotensi berbahaya (potentially hazardous asteroids/PHA), menurut Minor Planet Center yang dikelola oleh International Astronomical Union (IAU).
Meskipun tidak ada asteroid yang diprediksi akan menabrak Bumi dalam waktu dekat, beberapa di antaranya akan melintas cukup dekat.
Salah satu asteroid tersebut adalah 2024 YR4, yang sempat menjadi perbincangan awal tahun ini ketika kemungkinan tabrakannya dengan Bumi pada tahun 2032 meningkat hingga 3,1 persen.
Namun, setelah analisis lebih lanjut, kemungkinan tabrakan kini turun menjadi nol. Meski demikian, masih ada kemungkinan kecil bahwa asteroid ini bisa menabrak Bulan.
Asteroid besar lainnya yang akan melintas dekat Bumi adalah Apophis, yang dikenal sebagai "Dewa Kekacauan".
Pada tahun 2029, asteroid ini akan melintas lebih dekat ke Bumi dibandingkan beberapa satelit buatan manusia.
Saat ini, tidak ada risiko tabrakan dengan Bumi, tetapi beberapa ilmuwan memperingatkan bahwa lintasannya bisa berubah jika bertabrakan dengan asteroid lain dalam perjalanannya.
Jika hal ini terjadi, kita mungkin tidak akan mengetahuinya selama bertahun-tahun. Namun, skenario ini sangat kecil kemungkinannya terjadi.
Untuk menghadapi ancaman dari asteroid di masa depan, NASA telah melakukan uji coba defleksi asteroid melalui misi Double Asteroid Redirection Test (DART) pada tahun 2022.
Baca Juga: Asteroid 'Pemusnah' Dinosaurus Terbentuk di Lapisan Luar Tata Surya
Dalam eksperimen ini, pesawat ruang angkasa sengaja ditabrakkan ke asteroid Dimorphos untuk mengubah lintasannya. Keberhasilan misi ini menunjukkan bahwa kita memiliki teknologi untuk mengalihkan asteroid yang berpotensi membahayakan.
Namun, teknik ini membutuhkan peringatan dini dan data yang sangat akurat mengenai lintasan asteroid target.
Oleh karena itu, mendeteksi dan melacak asteroid-asteroid berbahaya menjadi prioritas utama dalam upaya melindungi Bumi dari potensi tabrakan di masa depan.
Bisakah Kita Menghentikan Asteroid yang Berpotensi Berbahaya?
Meskipun eksperimen DART telah membuktikan bahwa metode kinetic impactor dapat berhasil mengubah jalur asteroid, para ilmuwan terus mencari cara lain untuk melindungi Bumi dari potensi tabrakan di masa depan.
Salah satu tantangan utama dalam mencegah dampak asteroid adalah mendeteksi ancaman sejak dini. Semakin cepat kita mengetahui bahwa asteroid sedang menuju Bumi, semakin besar peluang kita untuk mengalihkan lintasannya dengan aman. Oleh karena itu, misi pengamatan asteroid menjadi sangat penting.
NASA dan badan antariksa lainnya telah mengembangkan proyek seperti Near-Earth Object Surveyor (NEO Surveyor), sebuah teleskop luar angkasa inframerah yang dirancang khusus untuk menemukan asteroid dan komet yang mendekati Bumi.
Jika proyek ini berhasil, kita dapat mengidentifikasi objek berbahaya lebih awal dan memiliki lebih banyak waktu untuk merancang strategi pertahanan yang efektif.
Selain itu, beberapa ilmuwan juga mengeksplorasi konsep laser ablation, di mana sinar laser berkekuatan tinggi diarahkan ke asteroid untuk menguapkan sebagian kecil permukaannya.
Proses ini menciptakan dorongan kecil yang dapat mengubah lintasan asteroid secara bertahap dalam jangka waktu yang cukup lama.
Meskipun metode-metode ini menjanjikan, belum ada strategi yang sepenuhnya siap digunakan dalam situasi darurat.
Oleh karena itu, upaya penelitian dan pengembangan di bidang pertahanan planet terus dilakukan, dengan harapan suatu hari kita memiliki solusi yang lebih andal untuk menghadapi ancaman dari luar angkasa.
Source | : | NASA,Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR