Nationalgeographic.co.id—Sebuah peristiwa mengerikan terjadi di Seoul, Korea Selatan, pada Senin (24/3/2025) sore.
Jalan raya yang ramai tiba-tiba ambles, menelan seorang pengendara sepeda motor dalam hitungan detik. Lubang besar menganga, berdiameter 20 meter dan sedalam 20 meter, meninggalkan kengerian dan pertanyaan. Bagaimana mungkin jalan yang kokoh bisa runtuh begitu saja?
Kejadian ini bukan sekadar kecelakaan tragis, melainkan peringatan akan bahaya tersembunyi yang mengintai di bawah permukaan tanah: sinkhole. Fenomena alam yang sering diabaikan ini ternyata menyimpan potensi mematikan.
Apa sebenarnya sinkhole itu? Mengapa bisa muncul tiba-tiba dan menelan apa pun di atasnya? Apakah ini hanya terjadi di Korea Selatan, atau adakah lokasi lain yang rawan sinkhole?
Mari kita telusuri lebih dalam, mengungkap misteri di balik lubang maut ini, memahami penyebab, jenis, dan lokasi rawan sinkhole, agar kita lebih waspada terhadap ancaman yang tak terduga ini.
Pengertian, Proses Pembentukan, dan Jenis Sinkhole
Lubang runtuhan tanah, yang lebih dikenal sebagai sinkhole, merupakan fenomena alam yang dapat menimbulkan ancaman serius, meskipun kejadian ekstrem yang disebut "keruntuhan penutup tanah katastropik" dan mampu menelan mobil, rumah, atau bahkan satu blok bangunan, sebenarnya relatif jarang terjadi.
Umumnya, seperti dilansir National Geographic, sinkhole muncul sebagai depresi kecil di permukaan tanah yang berpotensi menyebabkan masalah biaya yang signifikan.
Sinkhole pada umumnya terbentuk akibat proses erosi batuan dasar yang terjadi di bawah permukaan tanah oleh air hujan yang bersifat asam. Proses ini paling sering terjadi di wilayah dengan jenis tanah karst yang rentan terhadap erosi, seperti yang mengandung batuan karbonat (batu kapur atau dolomit) atau mineral evaporit (garam dan gipsum).
Air tanah yang meresap melalui retakan dan terakumulasi di bawah permukaan secara perlahan melarutkan batuan tersebut, menciptakan gua dan rongga bawah tanah. Seiring waktu, partikel tanah dari atas juga ikut masuk ke dalam celah ini, memperbesar rongga dan memfasilitasi pengumpulan lebih banyak air.
Sinkhole terbentuk ketika lapisan tanah di bawah permukaan yang telah terkikis tidak lagi mampu menahan beban sedimen di atasnya. Proses destruktif ini seringkali tidak menunjukkan perubahan signifikan di permukaan dan dapat berlangsung selama ratusan hingga ribuan tahun.
Baca Juga: Apa yang Akan Terjadi Jika Seseorang Berada di Dekat Lubang Hitam? Ini Penjelasan Sains
Faktor-faktor seperti kekeringan, hujan lebat, aktivitas manusia berupa pemompaan air tanah yang berlebihan, serta kegiatan konstruksi dapat mempercepat atau memperburuk risiko terjadinya sinkhole.
Terdapat dua jenis utama sinkhole: sinkhole penurunan penutup yang berkembang secara perlahan dan lebih umum terjadi, serta sinkhole keruntuhan penutup yang dapat muncul secara tiba-tiba dalam hitungan jam dengan mekanisme yang serupa, yaitu runtuhnya atap gua yang terlalu tipis untuk menopang beban di atasnya.
Lokasi dan Dampak Sinkhole
Menurut Survei Geologi AS, sebagian besar kerusakan akibat sinkhole di Amerika Serikat dilaporkan terjadi di beberapa negara bagian seperti Florida, Texas, Alabama, Missouri, Kentucky, Tennessee, dan Pennsylvania. Florida dikenal secara khusus dengan masalah sinkhole karena kondisi tanahnya yang berpasir terletak di atas lapisan batu kapur yang berongga.
Meskipun tidak ada database nasional yang mencatat jumlah pasti sinkhole yang terbentuk setiap tahunnya, Survei Geologi memperkirakan bahwa biaya kerusakan yang diketahui akibat fenomena ini mencapai sekitar AS$300 juta (hampir Rp5 triliun) per tahun. Kerusakan ini umumnya terjadi pada jalan raya, jalan lain, dan bangunan.
Namun, biaya ini masih lebih rendah dibandingkan dengan kerugian akibat bencana alam lainnya seperti badai, tornado, banjir, gempa bumi, dan kebakaran hutan, yang seringkali menyebabkan kerusakan melebihi AS$1 miliar (setara Rp16 triliun) setiap tahun.
Departemen Perlindungan Lingkungan Florida mencatat bahwa penilaian risiko sinkhole masih menjadi tantangan karena deteksi rongga bawah tanah hanya dapat dilakukan melalui teknik survei geofisika yang mahal atau pengeboran uji. Jarang sekali sinkhole didahului oleh tanda-tanda seperti retakan atau longsoran tanah.
Selain wilayah-wilayah di AS, lokasi lain yang dikenal memiliki banyak sinkhole termasuk kawasan Laut Mati, di mana garam sangat mudah larut, dan Semenanjung Yucatan di Meksiko, yang sering dijumpai sinkhole akibat kondisi geologis batu kapurnya.
Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Sinkhole
Ukuran sinkhole dapat sangat bervariasi, mulai dari beberapa kaki hingga mencapai ratusan hektar. Kedalamannya pun beragam, ada yang kurang dari satu kaki hingga lebih dari 100 kaki.
Bentuk sinkhole juga bermacam-macam, bisa menyerupai mangkuk dangkal atau berupa lubang runtuhan dengan dinding vertikal yang curam. Terkadang, air dapat terakumulasi di dalam sinkhole dan membentuk kolam.
Menariknya, beberapa sinkhole juga telah menjadi daya tarik wisata. Sebagai contoh, pada bulan Februari tahun 2014, sebuah sinkhole tiba-tiba terbuka di Museum Corvette Nasional di Bowling Green, Kentucky, dan menelan beberapa mobil klasik.
Meskipun tidak ada korban jiwa karena kejadian tersebut terjadi pada malam hari, rekaman kamera keamanan berhasil mengabadikan momen tersebut. Insiden ini justru menarik perhatian wisatawan, dan museum kemudian membuka pameran khusus dua tahun setelahnya.
Sinkhole terbesar di dunia yang diketahui adalah Xiaozhai Tiankeng di Tiongkok, yang memiliki kedalaman dan ukuran terluas, dengan panjang lebih dari 2.000 kaki dan kedalaman yang hampir sama. Nama "Tiankeng" sendiri berarti "Lubang Surgawi".
Sinkhole ini menjadi habitat bagi lebih dari 1.000 spesies flora dan fauna, termasuk macan dahan, dan pemerintah Tiongkok telah membangun tangga di dalamnya untuk memfasilitasi pariwisata.
KOMENTAR