Karena mereka juga terlibat dalam banditisme, di Balkan, Akritai diidentikkan dengan chonsaroi (pencuri, dalam bahasa Bulgaria). Kini, mereka dianggap sebagai pendahulu kleftes dan armatoloi. Yang pertama adalah bandit gunung yang kemudian menjadi pejuang gerilya melawan penjajah Ottoman. Sedangkan yang kedua adalah prajurit Kristen yang melayani sultan. Armatoloi dibentuk pada abad ke-16 untuk melawan yang pertama.
Pada abad ke-19, kleftes dan armatoloi mengesampingkan permusuhan mereka dan bersatu dalam Perang Kemerdekaan Yunani. Akritai mengalami momen kejayaan terbesar mereka. Akritai menghentikan kemajuan bangsa Saracen dan campur tangan dalam konflik politik internal di pinggiran. Peristiwa ini terjadi antara abad ke-7 dan ke-10.
Sejak abad ke-10, Akritai mulai menurun. Kaisar Michael Palaiologos, yang membutuhkan uang untuk membayar pasukan regulernya, menghapuskan lembaga-lembaga yang dibebaskan dari pajak. Selain itu, ekspansi Kekaisaran Bizantium ke arah timur memerlukan restrukturisasi pembagian administratif.
Selama paruh pertama abad ke-11, ketika bagian timur kekaisaran mengalami masa tenang, kewaspadaan militer pun melemah. Bangsa Turki Seljuk memanfaatkan hal ini untuk melakukan ekspansi ke seluruh Asia Kecil. Banyak mantan Akritai, yang sekarang tidak memiliki motivasi, menjadi acuh tak acuh. Sementara yang lain, yang marah karena pemecatan mereka, bergabung dengan para penyerbu.
Situasi menjadi sangat berbahaya sehingga, pada abad ke-12, Manuel Komnenos I memulihkan Akritai. Sang kaisar mengembalikan hak istimewa pajak mereka. Kaisar juga memberi mereka tanah untuk mempertahankan bagian barat Asia Kecil, yang berhasil ditaklukkannya kembali.
Akritai melanjutkan misi ini selama periode singkat Kekaisaran Nicaea, salah satu dari tiga negara penerus Kekaisaran Bizantium. Keluarga Laskaris memerintah di Nicaea dari tahun 1204 hingga 1261. Tapi setelah perampas kekuasaan Michael VIII Palaiologos berhasil memulihkan bekas kekaisaran, orang-orang Nicaea kehilangan kekuasaannya. Dan Akritai, yang terkait erat dengan dinasti Laskarid, bergabung dalam pemberontakan yang muncul melawan kaisar baru pada tahun 1262. Pemberontakan terjadi setelah kaisar membuat buta John IV yang sah, yang baru berusia 10 tahun.
Setelah pemberontakan dipadamkan, Michael VIII mencabut hak istimewa fiskal Akritai. Ia memasukkan korps ini ke dalam tentara reguler, yang secara efektif membubarkan mereka. Penaklukan Ottoman mengalihkan ingatan mereka ke apa yang disebut lagu-lagu Akritik, yaitu puisi epik yang menceritakan perbuatan mereka.
Dari semua ini, yang paling penting adalah Digenis Acritas, yang ditulis dalam bahasa Yunani abad pertengahan oleh seorang penulis anonim abad ke-12. Digenis Acritas menceritakan kehidupan salah satu prajurit di dekat Sungai Efrat. Digenis adalah seorang pahlawan yang gagah berani. Putra seorang emir Suriah dan seorang bangsawan Romawi, ia berperang melawan Muslim, Amazon, dan makhluk-makhluk fantastis.
Menariknya, orang Yunani modern masih menyebut mereka yang tinggal di wilayah perbatasan sebagai akritai.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR