Meskipun signifikan, ekspedisi Maes Titianus menghadirkan beberapa tantangan bagi para sejarawan. Satu-satunya referensi tentangnya berasal dari sumber-sumber sekunder. Ptolemeus, misalnya, salah menafsirkan durasi dan jarak perjalanan, yang menyebabkan kesalahan kartografi dalam karyanya. Diperkirakan bahwa ekspedisi tersebut mungkin berlangsung antara 7 bulan dan 2 tahun, tergantung pada rute yang diambil dan durasi tinggal di setiap tujuan.
Masalah lain yang diperdebatkan adalah tujuan pasti dari perjalanan tersebut. Beberapa sarjana, seperti Max Cary, berpendapat bahwa Maes Titianus berusaha menghilangkan perantara dalam perdagangan sutra. Ia ingin mengamankan akses yang lebih langsung ke produsen Kekaisaran Tiongkok. Yang lain percaya bahwa ekspedisi tersebut lebih bersifat eksplorasi daripada komersial. Pasalnya, tidak ada catatan tentang ekspedisi yang dipimpin Romawi setelahnya.
Sekembalinya, Maes Titianus menulis catatan lengkap tentang perjalanan yang dilakukan oleh para pedagangnya. Namun hanya beberapa rincian yang disebutkan oleh Ptolemeus yang masih ada.
Yang menarik, pada tahun 97 M, jenderal Tiongkok Ban Chao mengirim utusan ke Kekaisaran Romawi. Menurut Hou Hanshu (Kitab Han Akhir), yang disusun oleh sejarawan Fan Ye pada abad ke-5 M:
“Pada tahun ke-9 Yongyuan (97 M), Ban Chao mengirim asistennya Gan Ying ke pantai di tepi Laut Barat, tetapi ia kembali. Tidak ada generasi sebelumnya yang pernah mencapai tempat-tempat ini.”
Gan Ying tidak pernah mencapai Roma; ia berhenti setelah mencapai Teluk Persia di perbatasan Kekaisaran Parthia. Di sana, ia dicegah oleh pelaut Parthia yang mengatakan kepadanya bahwa perjalanan itu berbahaya dan bisa memakan waktu 2 tahun. Mungkinkah utusan ini merupakan tanggapan terhadap kontak yang dibuat oleh ekspedisi Maes Titianus? Tanggalnya cocok, tetapi sumbernya tetap bungkam tentang masalah ini.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR