Selain itu, kulit yang terurai dapat menghalangi kemampuan berburu ular dengan mengganggu penglihatannya. Mata ular tampak jernih, tetapi ditutupi oleh satu sisik keratin yang menyerupai gelembung.
“Sisik transparan, yang dikenal sebagai 'kacamata', melindungi mata ular dari goresan dan lecet saat bergerak dengan kepala terlebih dahulu di dunia,” kata Kane.
“Saat ular mengelupas kulitnya, penglihatan terganggu oleh kekeruhan. Kekeruhan itu disebabkan oleh sekresi yang digunakan untuk memisahkan lapisan lama dari lapisan baru.”
Rentan terhadap predator saat berganti kulit
Ular yang berganti kulit dan kurang bergerak biasanya juga lebih rentan terhadap predator. Jadi, idealnya, ular tidak boleh berganti kulit terlalu sering.
Penyakit dapat mempersulit jadwal pergantian kulit alami ular dan mengubah taktik bertahan hidup ini menjadi sia-sia. Terutama pada spesies seperti ular derik massasauga timur (Sistrurus catenatus) di Amerika Serikat.
“Ular-ular ini sangat rentan terhadap jamur yang dapat mengaburkan mata dan mulut mereka. Namun tingkat pergantian kulit yang meningkat juga dapat meningkatkan risiko pemangsaan,” kata Dallas. “Dan ini telah menyebabkan penurunan populasi yang relatif besar pada beberapa populasi spesies tersebut.”
Kemampuan pergantian kulit sangat penting untuk kelangsungan hidup ular
Namun, yang paling penting, kemampuan pergantian kulit ular sangat penting untuk kelangsungan hidupnya. Di alam liar, kulit yang dibuang juga dapat membantu para ilmuwan dan konservasionis melindungi reptil ini.
Ilmuwan memberikan sidik jari genetik dan petunjuk lain. Dari petunjuk tersebut, ilmuwan mendeteksi ancaman terhadap kesehatan ular, mempelajari jumlah populasi dan keanekaragaman hayati spesies.
“Kulit ular sering kali mengandung versi samar dari pola ular dan jumlah serta susunan sisik tertentu. Hal ini berarti sering kali memungkinkan untuk mengidentifikasi spesies berdasarkan kulit yang terlepas,” kata Kane.
Dari semua hewan, ular menghasilkan spesimen pergantian kulit yang paling mudah dikenali di alam liar. Namun mereka berbagi kemampuan pergantian kulit dengan semua reptil lainnya.
Sebagian besar reptil lain melepaskan kulit dalam bentuk fragmen. Meski demikian, ada beberapa pengecualian. Misalnya, kadal dari genus Abronia adalah makhluk kecil mirip naga yang menggeliat keluar dari kulitnya. Kadal itu meninggalkan replika yang utuh sempurna, lengkap dengan kaki.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR