Suku Sherpa juga meningkatkan jumlah sel darah merah mereka di dataran tinggi, tetapi tidak sebanyak orang-orang dari dataran rendah.
Untuk lebih memahami bagaimana para Sherpa mampu beraktivitas dengan sangat baik, bahkan tanpa bantuan dari lonjakan jumlah sel darah merah tambahan yang membawa oksigen, Murray dan rekan-rekannya mempelajari sekelompok orang yang terdiri dari 15 Sherpa dan 10 penduduk dataran rendah dalam ekspedisi ke Everest Base Camp pada tahun 2013.
Para peserta tidak diizinkan mendaki ke ketinggian ekstrem dalam beberapa minggu menjelang penelitian, yang dimulai dengan penerbangan dari London atau Kathmandu ke Lukla, Nepal, pada ketinggian hampir 9.200 kaki.
Semua peserta ditawari makanan yang sama saat mereka mendaki selama 10 hari ke Everest Base Camp pada ketinggian hampir 17.400 kaki.
Sebelum, selama, dan setelah perjalanan, para peneliti mengambil sampel darah serta potongan otot seukuran kacang polong dari setiap orang.
Laporan tim menemukan bahwa perbedaan menarik terlihat pada sel otot kedua kelompok. Pada otot Sherpa, penelitian menemukan, mitokondria sel (bagian penghasil energi) mengubah lebih banyak oksigen menjadi energi.
"Mitokondria Sherpa tidak mudah bocor dan karenanya lebih efisien daripada mitokondria orang Barat," kata Murray. "Mereka lebih baik dalam menggunakan oksigen."
Murray menambahkan, otot-otot Sherpa mampu menempuh jarak lebih jauh dengan total oksigen yang lebih sedikit.
Suku Sherpa juga mampu menghasilkan lebih banyak energi tanpa oksigen sama sekali, suatu proses yang disebut metabolisme anaerobik.
Temuan tersebut membantu menghubungkan titik-titik dari penelitian sebelumnya yang telah mengungkapkan mutasi menarik dalam DNA Sherpa, kata Tatum Simonson, yang mempelajari genetika dan fisiologi adaptasi dataran tinggi di Universitas California, San Diego.
Untuk penelitian tahun 2010, Simonson dan rekan-rekannya memindai genom orang Tibet yang tinggal di dataran tinggi.
Baca Juga: Misi Menembus Es Everest: Mengungkap Rahasia Gletser yang Kian Mencair
Mereka menemukan beberapa gen dengan mutasi berbeda yang tampaknya terkait dengan metabolisme oksigen dan beradaptasi dengan lingkungan rendah oksigen.
Menurut Simonson, dengan menyelidiki lebih dalam peran potensial salah satu gen tersebut, tim Murray telah mengembangkan penelitiannya menjadi lebih baik.
Studi tersebut menunjukkan bahwa metabolisme penduduk dataran rendah dan Sherpa bekerja dengan cara yang sama di dataran rendah, yang menunjukkan bahwa perbedaan gen antara Sherpa dan penduduk dataran rendah muncul di dataran tinggi, imbuhnya.
Karena para Sherpa telah beradaptasi dengan ketinggian selama ratusan generasi, kata Simonson, mereka memberikan gambaran tentang potensi tubuh manusia dalam menghadapi kekurangan oksigen.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR