Celia, ibex pirenia terakhir yang masih hidup, mati pada tahun 2000. Menggunakan sampel jaringan yang diambil darinya setahun sebelum ia mati, Advanced Cell Technology menerapkan teknologi kloning yang digunakan untuk Dolly. Perusahaan tersebut berupaya menghidupkan kembali Celia.
Tentu saja mereka tidak memiliki anggota subspesiesnya sendiri untuk bertindak sebagai ibu pengganti. Jadi mereka menggunakan jenis ibex yang berbeda. Dari 285 embrio kloning, 54 ditanamkan, tetapi tidak ada yang bertahan hidup. Pada tahun 2003, satu klon lahir hidup tetapi mati setelah beberapa menit.
Sejak saat itu, konsep kloning dan ibu pengganti telah terhenti. Dan tidak ada yang membahas soal tentang pemindahan sel atau embrio kloning mamut yang telah mati ke gajah modern lagi. Sebaliknya, teknologi pilihan sekarang adalah rekayasa genetika.
Tahun lalu, Colossal Biosciences berupaya "menghidupkan kembali" mamut, kali ini menggunakan penyuntingan genom. Ilmuwan genetika sudah dapat memasukkan gen yang tahan dingin ke dalam tanaman agar tanaman tersebut dapat tumbuh dalam kondisi dingin. Dan Colossal berencana melakukan hal yang sama dengan gajah asia modern. Tujuan mereka adalah melihat mamut berbulu bergemuruh di tundra sekali lagi.
Namun mengapa ada orang yang ingin melihat mamut, atau sesuatu yang mirip, berkeliaran di Siberia saat ini? Ya, mamut tidak diragukan lagi adalah binatang yang menakjubkan dan memesona.
Selain memburu mamut, nenek moyang kita di masa lampau melukis kemiripan mereka di gua-gua di seluruh Eropa. Meskipun mungkin menarik, ada beberapa pembenaran ekologis untuk proyek tersebut juga.
Rencananya, mamut juga akan "dibangkitkan kembali". Keberadaannya akan membantu meningkatkan keanekaragaman hayati tundra Siberia dan Kanada ke tingkat yang belum pernah terlihat selama ribuan tahun.
Saat ini, sebagian besar tundra, jika tidak membeku di musim dingin, ditutupi oleh rerumputan pendek. Flora tersebut merupakan flora yang jauh berbeda daripada yang ada pada masa mamut lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
Saat itu, mamut dan herbivora lain di Eurasia utara, memakan berbagai spesies tanaman berbunga yang secara kolektif disebut forb. Saat hewan-hewan besar ini menginjak-injak tundra sambil menyambar batang-batang tanaman, mereka meninggalkan celah-celah yang tidak teratur di tutupan tanaman. Hal itu memungkinkan berbagai spesies tumbuh subur. Kuku mereka menciptakan jejak yang dalam tempat tanaman dapat berkecambah. Urine serta kotorannya menyediakan asupan yang sangat bergizi untuk perkecambahan benih.
Keanekaragaman permukaan tanah inilah yang mendukung begitu banyak flora. Tanpa mamut, keanekaragaman itu menghilang. Kembalikan mereka dan lanskap akan kembali dipenuhi dengan berbagai spesies, termasuk bunga dan semak.
Memang, ini bukan de-extinction dalam arti menghidupkan kembali spesies yang telah lama punah. Sebaliknya, ini lebih seperti membuat “dodo” dengan merekayasa merpati modern, kerabat terdekatnya, menjadi besar dan tidak bisa terbang.
Hasilnya akan menjadi merpati besar dan gemuk. Terlepas dari apakah tampak seperti dodo atau tidak, mungkin akan memenuhi beberapa peran ekologisnya.
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR