Nationalgeographic.co.id—Pohon pong pong atau pohon bintaro juga dikenal sebagai “pohon bunuh diri”. Buahnya mungkin menjadi titik plot di akhir musim serial The White Lotus. Namun, tanaman tersebut diketahui telah menyebabkan ribuan kematian setiap tahun di masa lalu.
Buah terlarang itu menjadi tema di semua musim (season) The White Lotus, serial HBO tentang jaringan hotel mewah fiktif. Di musim ketiga, metafora tersebut menjadi nyata. Saat itu, seorang pekerja hotel memperingatkan tamu untuk tidak memakan buah pohon pong pong atau bintaro. Pasalnya, buah tersebut cukup beracun untuk membunuh seseorang.
Di Indonesia, pohon pong pong (Cerbera odollam) dikenal juga dengan sebutan pohon bintaro. Pohon ini merupakan tanaman beracun sungguhan yang telah menyebabkan ribuan kematian setiap tahun di masa lalu. Efek dari buahnya yang mematikan sangat terkenal di Asia Tenggara. Karena itu, pohon bintaro mendapat julukan mengerikan sebagai “pohon bunuh diri”.
Mengenal pohon bintaro
Pohon bintaro merupakan bagian dari famili Dogbane, cabang tanaman berbunga yang terkenal karena menghasilkan racun. Jangkauannya meliputi Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, dan Australia utara. Pohon ini telah diperkenalkan ke lingkungan di seluruh dunia sebagai pohon hias.
Racun aktif dalam tanaman, cerberin, paling terkonsentrasi di biji buah, yang kira-kira seukuran biji persik. Dosis yang sangat kecil dapat berakibat fatal, meskipun beberapa orang bisa pulih dari keracunan.
“Seperti racun lainnya, tingkat keparahannya tergantung pada orangnya—usia, jenis kelamin, ukuran, dan apakah mereka memiliki penyakit bawaan.” kata Hilary Hamnett. Hamnett adalah seorang profesor madya dalam ilmu forensik di University of Lincoln.
Zat kimia tersebut memberikan rasa pahit yang tidak enak pada biji, yang merupakan inti dari pohon.
“Tumbuhan berevolusi untuk menghasilkan zat kimia yang sangat pahit ini. Sebagai tumbuhan, ini adalah cara untuk melindungi diri dari hewan atau manusia yang memakan bijinya. Jika bijinya dimakan, pohon tersebut tidak akan dapat bereproduksi dan tumbuh lagi,” kata Hamnett.
“Hewan datang dan memakannya sekali, dan rasanya membuat mereka enggan memakannya lagi,” tambahnya. “Hal tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri.”
Namun, manusia memiliki cerita yang berbeda. Selama berabad-abad, manusia telah belajar untuk menggiling biji pohon bintaro menjadi bubuk. Manusia menelannya secara oral untuk berbagai alasan—termasuk sebagai obat. Selain itu, biji pohon bintaro juga digunakan sebagai sarana pembunuhan atau bunuh diri. Bahkan sebagai alat penting dalam pengejaran penyihir.
Baca Juga: Mengapa Pohon Sawit Sebanyak Apa pun Tidaklah Sama dengan Hutan?
Apa dampak racun buah bintaro terhadap tubuh?
Selain rasanya yang tidak enak, cerberin adalah glikosida jantung, yang berarti menyerang jantung. Seperti racun lain yang tertelan, cerberin diserap ke dalam aliran darah dari lambung. Timbulnya gejala dapat terjadi dalam waktu sekitar 20 hingga 30 menit. Sistem pertahanan tubuh memicu mual, muntah, dan diare untuk mengeluarkan racun dari sistem.
Dalam waktu 1 jam setelah tertelan, cerberin dapat menurunkan detak jantung seseorang secara berbahaya. Cerberin mengganggu pompa natrium-kalium yang mengatur gerakan jantung, menurut Hamnett. Seseorang yang menderita keracunan mungkin mengalami palpitasi dan disritmia yang meningkat menjadi gagal jantung.
“Pada dasarnya, hal itu akan mengabaikan polarisasi dalam tubuh yang diperlukan otot jantung untuk berkontraksi dan rileks,” kata Owen McDougal, seorang profesor kimia dan biokimia di Boise State University. “Tanpa fase impuls dan relaksasi, otot jantung berhenti bekerja.”
Seberapa umum kematian akibat buah bintaro?
Pohon bintaro telah terkenal selama berabad-abad sebagai penyebab kematian. Sebuah studi diterbitkan pada tahun 2004 bertajuk “Cerbera odollam: a ‘suicide tree’ and cause of death in the state of Kerala, India”. Studi menunjukkan bahwa pohon tersebut menyebabkan sekitar setengah dari kasus keracunan tanaman. Dan sepersepuluh dari total kasus keracunan terjadi di Kerala, India dari tahun 1989 hingga 1999.
Studi yang sama memperkirakan bahwa sekitar 3.000 orang per tahun mungkin telah meninggal pada abad-abad sebelumnya akibat pohon bintaro. Selain itu, kerabat dekatnya, mangga laut (Cerbera manghas), juga menyebabkan kematian.
Mangga laut digunakan sebagai “racun siksaan” selama pengadilan penyihir abad ke-19 di Madagaskar.
Seseorang dicurigai melakukan subversi spiritual, dan terkadang bahkan melakukan pencurian atau pelanggaran duniawi lainnya. Mereka harus minum larutan serutan mangga laut, diikuti dengan potongan kulit ayam. Memuntahkan kulit ayam dianggap sebagai tanda tidak bersalah.
Beberapa orang yang diuji dengan cara demikian meninggal karena efek racun. Yang lain gagal memuntahkan kulit ayam, dalam kasus tersebut mereka dianggap bersalah dan dapat dieksekusi.
Tanaman ini telah menelan banyak korban. Sebagian karena sering dikonsumsi di daerah pedesaan terpencil yang tidak memiliki akses ke perawatan darurat. Namun, jangkauan racun ini semakin mendunia karena pengecer daring menjual pohon dan benihnya di seluruh dunia.
Misalnya, sebuah studi tahun 2018 menyajikan enam kasus keracunan pohon bintaro di Amerika Serikat. Tiga di antaranya berakibat fatal. Salah satu kematian tersebut melibatkan seorang wanita berusia 33 tahun yang membeli racun tersebut, yang diiklankan sebagai suplemen penurun berat badan.
McDougal juga mengalami skenario sebaliknya. Pada tahun 2022, ia melaporkan sebuah studi kasus yang melibatkan seorang pria yang mencoba bunuh diri dengan biji bintaro. Namun ia kemudian pulih setelah menelannya.
Cara mengobati keracunan buah bintaro
Tidak ada penawar racun buah bintaro yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Bahkan untuk pasien yang menerima perawatan medis tepat waktu. Dokter mungkin memberikan racun dengan efek yang berlawanan, seperti atropin, bersamaan dengan upaya resusitasi jantung. Namun, prognosis untuk pasien bergantung pada berbagai faktor.
“Dengan asumsi bahwa orang tersebut tidak menerima perawatan apa pun, kematian dapat terjadi dalam waktu 1 jam,” kata Hamnett. “Ketika orang yang telah mengonsumsi obat-obatan seperti ini pergi ke rumah sakit, biasanya detak jantung mereka mungkin mencapai 30 kali per menit. Jadi detak jantungnya turun sangat cepat hingga berhenti sama sekali.”
Pohon ini memiliki jumlah korban yang mengerikan di dunia nyata. Pohon ini semakin populer sebagai tanaman hias eksotis di seluruh dunia. Karena itu, pohon bintaro mungkin dapat menyebabkan lebih banyak tragedi. Meskipun buah terlarang ini mungkin menggoda, beberapa hal memang seharusnya tidak boleh disentuh.
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR