Tubuhnya kemudian menjalani serangkaian perendaman dalam berbagai larutan selama berbulan-bulan, termasuk berbagai campuran etanol, metanol, fenol, kamper, nitrobenzena, terpentin, dan asam benzoat.
Akhirnya, jasadnya diperban dengan kain linen yang dibasahi larutan merkuri biklorida dan etanol. Kemudian, tim kedua menutupinya dengan lilin di wajah dan tangannya. Seluruh proses tersebut memakan waktu sekitar satu tahun.
Gereja memutuskan untuk tidak menguburkan kembali Paus Yohanes XXIII, tetapi memajangnya untuk dikunjungi para peziarah.
Lebih dari 25.000 orang mengunjungi Basilika Santo Petrus setiap hari, dan banyak umat beriman masih percaya bahwa kondisi tubuhnya yang tidak rusak merupakan mukjizat.
Baca Juga: Ritual Apa Saja yang Harus Ditunaikan Setelah Paus Fransiskus Wafat?
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan pengetahuan yang mendalam.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR