Penggalian makam Paus Yohanes XXIII
Paus Yohanes XXIII, yang memerintah dari tahun 1958 hingga 1963, dikenal sebagai "Paus yang Baik" karena sifatnya yang baik hati dan periang.
Dia membuat sejarah gerejawi dengan menyelenggarakan Konsili Vatikan Kedua yang membawa Gereja Katolik mengikuti perkembangan zaman modern.
Paus Yohanes XXIII dianggap penting karena dia menyelenggarakan Konsili Vatikan Kedua pada tahun 1962, yang memodernisasi Misa, dengan memasukkan musik kontemporer dan bahasa daerah sebagai pengganti bahasa Latin.
Pria yang lahir dengan nama Angelo Giuseppe Roncalli tetap menjadi salah satu paus yang paling dicintai dalam sejarah dengan pengikut yang sangat taat di Italia.
Ia dipercaya telah menyembuhkan seorang biarawati Italia yang menderita tumor perut. Biarawati itu berdoa kepadanya dan segera pulih tanpa penjelasan medis.
Saat meninggal, jenazahnya tidak dibalsem, tetapi laporan media Italia mengatakan jenazahnya diolah dengan bahan pengawet formalin sebelum disemayamkan.
Jenazahnya ditempatkan dalam peti kayu di dalam peti mati luar berbahan perunggu dan keduanya disegel sebelum dimakamkan di kuburan dalam gua kuno sempit di bawah Basilika Santo Petrus, tempat banyak paus lainnya dimakamkan.
Menurut New York Post, pada tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II meminta agar makamnya digali untuk dinyatakan "diberkati", bagian dari proses menuju kekudusan.
Peti mati kedap udara itu membuat jasad Paus Yohanes XXIII hampir tidak terganggu, dan tim pembalseman ingin agar makamnya tetap seperti itu.
Setelah organ dalam Paus dikeluarkan dan dianalisis, jasadnya ditempatkan dalam bak baja tahan karat selama beberapa minggu dalam larutan formalin dan alkohol, lalu dinetralkan selama beberapa minggu.
Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Siapa yang Akan Menggantikannya?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR