Nationalgeographic.co.id—Dalam filsafat Yunani kuno, api dianggap sebagai salah satu dari empat elemen dasar, bersama dengan tanah, air, dan udara. Namun, dalam sains modern, api dianggap sebagai proses, bukan elemen dalam pengertian kimiawi.
Api secara luas juga diyakini sebagai sesuatu yang vital untuk kelangsungan hidup manusia selama Zaman Es puluhan ribu tahun yang lalu.
Bagaimana manusia dapat bertahan hidup di Zaman Es dengan bantuan api memang masih dipertanyakan. Apakah api digunakan untuk memasak, memanaskan, pencahayaan, atau membuat alat, semua informasi tentang hal itu masih terus dicari oleh para ilmuwan. Sebab bukti-bukti yang mengarah kepada penggunaan api sangat sedikit sekali.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim dari University of Algarve dan University of Vienna telah membantu memperjelas teka-teki ini.
Dengan menganalisis tiga perapian di situs prasejarah di Ukraina, mereka menemukan bahwa orang yang hidup selama Zaman Es terakhir membangun berbagai jenis perapian dan terutama kayu yang digunakan, meskipun tulang dan lemak mungkin juga telah digunakan sebagai bahan bakarnya.
Temuan penting ini telah dipublikasikan di jurnal Geoarchaeology pada 1 April 2025 bertajug “Fire Use During the Last Glacial Maximum: Evidence From the Epigravettian at Korman’ 9, Middle Dniester Valley, Ukraine”.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa Homo sapiens di Eropa selama Paleolitik Atas, antara 45.000 dan 10.000 tahun yang lalu, menggunakan api dengan berbagai cara.
“Api bukan hanya tentang tetap hangat; itu juga penting untuk memasak, membuat alat dan untuk pertemuan sosial,” jelas Philip R. Nigst, seorang penulis utama dan arkeolog di Universitas Wina. Sementara kebakaran sering dianggap penting untuk kelangsungan hidup pemburu-pengumpul Ice Age, sangat sedikit bukti yang diawetkan telah ditemukan dari bentangan terdingin zaman es, antara 26.500 dan 19.000 tahun yang lalu.
"Kita tahu bahwa api tersebar luas sebelum dan sesudah periode ini, tetapi hanya sedikit bukti dari puncak Zaman Es," kata William Murphree, penulis utama penelitian dan seorang ahli geoarkeologi di University of Algarve.
Studi saat ini semakin signifikan karena para ilmuwan menemukan dan menganalisis tiga perapian di situs prasejarah di Ukraina. Hal ini dimungkinkan berkat serangkaian teknik geoarchaeological inovatif. Melalui analisis mikrostratigrafi, mikromorfologi, dan analisis kolorimetri, tim mengidentifikasi tiga perapian sederhana, datar, dan berbahan bakar kayu.
Baca Juga: Kapan Homo sapiens Menjelajah dan Menyebar ke Beberapa Benua?
"Beberapa tulang hewan yang ditemukan di lokasi dibakar dalam pembakaran dengan suhu lebih dari 650 derajat Celcius. Kami saat ini sedang menyelidiki apakah mereka digunakan sebagai bahan bakar atau hanya secara tidak sengaja dibakar," jelas Marjolein D. Bosch, salah satu penulis dan peneliti Sejarah Zooarchaeologi di Universitas Wina, Akademi Kecineo Austria dan Sejarah Alam.
Temuan menarik penggunaan pembakaran dengan suhu lebih dari 600°C, telah membuktikan penguasaan canggih dari api bahkan dalam menghadapi tekanan lingkungan yang ekstrem saat itu.
Analisis ini juga menunjukkan bahwa manusia menggunakan kayu sebagai bahan bakar utama mereka selama puncak zaman es, dengan analisis arang yang menunjukkan kayu cemara. Namun, bahan bakar lain seperti tulang atau lemak juga ikut digunakan.
“Orang-orang dengan sempurna mengendalikan api dan tahu bagaimana menggunakannya dengan cara yang berbeda, tergantung pada tujuan api. Tetapi hasil kami juga menunjukkan bahwa pengumpul pemburu ini menggunakan tempat yang sama pada waktu yang berbeda tahun ini selama migrasi tahunan mereka,” jelas Nigst.
Ketiga perapian yang ditemukan tampak terbuka dan rata. Hasil penelitian baru menunjukkan bahwa penggunaan api sudah sangat canggih, karena perapian kemungkinan telah dibangun dan digunakan secara berbeda di musim yang berbeda. Salah satu dari tiga perapian tampak lebih besar dan lebih tebal, menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi dicapai di sini.
Meskipun begitu, ada sejumlah kecil perapian selama masa Glasial Maksimum Terakhir yang masih membuat para peneliti kebingungan. Dan membutuhkan penelitian lebih lanjut. Mereka bertanya, "apakah ditemukan teknologi lain selain api yang mereka gunakan saat itu?"
Dengan mempelajari dan mengungkap peran api dalam evolusi manusia, para peneliti berharap dapat menjelaskan tentang api, yang bisa dibilang sebagai salah satu pembangun teknologi paling mendasar yang telah membentuk keberhasilan spesies kita dalam mengisi setiap sudut planet ini.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | SciTechDaily |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR