Jika dia tidak melompat, dia hanya akan menambah satu nyawa lagi, yaitu nyawanya sendiri, ke dalam jumlah mereka yang hilang.
Film Jerman tahun 1943 tentang Titanic menggambarkan Ismay sebagai seorang pengusaha Yahudi yang haus kekuasaan. Dalam film itu, Ismay menggertak kapten agar mengemudikan kapal dengan cepat untuk menembus es. Padahal, ia telah diperingatkan bahwa tindakan itu gegabah.
Film A Night to Remember tahun 1958, dianggap sebagai film Titanic yang paling akurat secara historis. Film ini juga menggambarkan Ismay sebagai penjahat.
Louden-Brown yakin bahwa hal ini tidak adil. Ia mengangkat masalah tersebut kepada James Cameron saat ia bekerja dengannya sebagai konsultan. Dalam film Cameron, Ismay menggunakan posisinya untuk memengaruhi sang kapten agar melaju lebih cepat. Hal tersebut dilakukan dengan prospek kedatangan lebih awal di New York dan perhatian pers yang menguntungkan.
Ismay tidak pernah berhasil mengatasi rasa malunya. Pasalnya, ia melompat ke sekoci penyelamat. Ismay pensiun dari White Star Line pada tahun 1913 dan berakhir sebagai pengusaha yang bangkrut.
Frances Wilson merupakan penulis How to Survive the Titanic: The Sinking of J Bruce Ismay. Wilson mengatakan bahwa ia merasa simpatik terhadap Ismay. Ia memandang pengusaha itu sebagai orang biasa yang terjebak dalam keadaan luar biasa.
“Dia sama sekali tidak siap secara emosional untuk apa yang akan dia alami. Perilakunya yang membingungkan di Titanic disebabkan oleh kebingungan seputar statusnya. Apakah dia penumpang biasa, seperti yang dia klaim? Atau seperti yang disarankan penyelidikan, seorang ‘kapten super’? Orang-orang di kapal bertindak berdasarkan pangkat dan Ismay tidak tahu apa pangkatnya.”
Lagu terakhir band
Salah satu gambaran paling jelas yang ditampilkan dalam banyak film Titanic adalah saat band bermain saat kapal tenggelam. Ceritanya, para musisi tetap berada di dek, dalam upaya untuk menjaga semangat para penumpang. Dan lagu terakhir yang mereka mainkan adalah himne Nearer, My God, To Thee. Tak seorang pun dari mereka yang selamat, dan mereka dipuja sebagai pahlawan.
Halaman depan Daily Mirror pada tanggal 20 April direproduksi sebagai kartu pos. Judulnya: “Para pemain band yang menjadi pahlawan tenggelamnya Titanic memainkan ‘Nearer, My God, To Thee’ saat kapal tenggelam menuju kehancurannya.”
Simon McCallum mengatakan bahwa saksi mata menunjukkan bahwa band tersebut memang bermain di dek. Tapi ada perdebatan tentang lagu terakhir mereka. Banyak laporan yang menggambarkan bagaimana band tersebut memainkan musik ragtime dan musik populer.
“Penumpang yang mengingat lagu himne tertentu yang dimainkan itu beruntung bisa selamat beberapa lama sebelum kapal tenggelam. Kita tidak akan pernah benar-benar tahu karena ketujuh musisi itu tewas - tetapi itu adalah kebebasan puitis. Nearer, My God, To Thee adalah lagu himne yang menggugah yang berfungsi sebagai gambaran romantis dalam film,” kata McCallum.
Source | : | BBC |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR