Ur-Nammu dan Shulgi dari Ur mendorong perdagangan dari kota tersebut, baik jarak jauh maupun lokal. “Kaca dari Eridu telah ditemukan di reruntuhan kota-kota Mesir,” Mark menambahkan.
Namun, pada saat yang sama, kota itu tidak pernah menjadi tempat politik yang kuat. Cendekiawan Gwendolyn Leick mencatat bagaimana Eridu tidak pernah menjadi tempat kedudukan dinasti. Kepentingannya lebih bersifat religius alih-alih politis, sebagai tempat tempat suci utama Enki.
Enki, dewa kebijaksanaan, ditampilkan secara menonjol dalam banyak teks Mesopotamia. Dan khususnya dalam kisah Banjir Besar sebagaimana diceritakan dalam Atrahasis dan Kejadian Eridu.
Enki dan Eridu
Eridu, sebagaimana dicatat, adalah rumah Enki dan pusat pemujaannya. Bertman mengomentari reruntuhan kuil Enki:
“Kuil dewa tersebut telah ditemukan dan menunjukkan bahwa kuil tersebut dibangun kembali selama ribuan tahun. Pada tahap awalnya (berasal dari sekitar 5500 SM), kuil tersebut berukuran sekitar 3,7 meter kali 1,5 meter, terbuat dari batu bata lumpur. Kuil memiliki podium atau altar sederhana untuk persembahan. Juga memiliki ceruk yang dimaksudkan untuk menampung patung dewa. Tulang ikan dan abu yang berserakan di lantai di sekitar altar. Dapat disimpulkan bahwa makanan favorit dewa adalah ikan air tawar. Kekunoan kuil ini menjadikannya kuil tertua dalam sejarah arsitektur dan agama Mesopotamia.”
Enki dikaitkan dengan air tawar, seperti halnya Eridu sendiri karena terletak di rawa-rawa selatan Sungai Efrat. Jadi tidak mengherankan bahwa Enki dan Eridu sama-sama muncul dalam kisah Banjir Besar paling awal.
Kitab Kejadian Eridu (disusun sekitar tahun 2300 SM) adalah deskripsi paling awal tentang Banjir Besar. Kisah ini juga merupakan kisah tentang orang baik Utnapishtim (juga dikenal sebagai Atrahasis atau Ziusudra) yang membangun perahu besar atas kehendak para dewa. Mereka mengumpulkan ‘benih kehidupan’ di dalamnya atas saran Enki.
Enki berperan penting dalam penciptaan manusia. Ketika Enlil, raja para Dewa, bosan dengan kebisingan manusia dan memutuskan untuk menghancurkan mereka, Enki-lah yang melestarikan kehidupan di Bumi. Caranya adalah dengan menyelamatkan Utnapishtim dan kehidupan di Bumi.
Kitab Kejadian Eridu mungkin merupakan catatan tertulis pertama dari tradisi lisan yang panjang pada masa sekitar 2800 SM. Saat itu, Efrat meluap tinggi di atas tepiannya dan membanjiri wilayah tersebut. Leonard Wooley melakukan penggalian di Ur pada tahun 1922. Penggalian itu mengungkap lapisan lumpur dan tanah liat setinggi 2,4 meter, yang sesuai dengan sedimen Efrat. Penemuan itu tampaknya mendukung klaim banjir dahsyat di wilayah tersebut sekitar tahun 2800 SM.
Namun, catatan penggalian oleh asisten Wooley, Max Mallowan, menunjukkan bahwa peristiwa tersebut merupakan peristiwa lokal, bukan global.
Eridu juga dikaitkan dengan kisah tentang Adapa (putra Enki), yang diinisiasi ke dalam makna hidup dan semua pemahaman oleh dewa kebijaksanaan. Namun akhirnya ditipu olehnya dan ditolak satu hal yang paling diinginkannya: pengetahuan tentang kehidupan tanpa kematian, untuk hidup selamanya.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR