Keinginan untuk keabadian ditampilkan secara menonjol dalam literatur Mesopotamia, dan tulisan-tulisan Sumeria secara khusus. Juga dilambangkan dalam kisah Gilgamesh dari Uruk.
Hubungan Uruk dengan Eridu penting karena pentingnya Eridu pada awalnya kemudian dikalahkan oleh kebangkitan Uruk. Pengalihan kekuasaan dan prestise ini dianggap sebagai awal mula urbanisasi di Mesopotamia. Juga awal dari pergeseran signifikan dari model kehidupan agraris pedesaan ke model yang berpusat pada perkotaan. Kisah dewi Uruk mengambil meh (hadiah peradaban) suci dari Enki, dewa Eridu, melambangkan pergeseran paradigma budaya Sumeria. Pusat perdagangan Uruk yang makmur menggantikan Eridu yang pedesaan.
Eridu ditinggalkan oleh penghuninya
Meskipun demikian, Eridu merupakan pusat penting untuk perdagangan dan agama. Di masa keemasannya, Eridu merupakan wadah peleburan budaya dan keragaman yang hebat. Hal ini dibuktikan oleh berbagai bentuk kesenian yang ditemukan di antara reruntuhan.
Di bawah pemerintahan Ur-Nammu dan Shulgi, kota ini makmur. Bertman menulis, “Warga Eridu kuno bangga dengan bangunan lain. Seperti ziggurat perkasa yang didedikasikan sekitar tahun 2100 SM oleh Ur-Nammu, raja Ur, dan putranya. Platformnya yang terkikis hanya berdiri sekitar 9 meter saat ini. Dasarnya terbuat dari batu bata yang dipanggang dalam oven berukuran lebih dari 45 x 60 meter.
Ziggurat besar Amar-Suen (memerintah 1982-1973 SM), putra Shulgi dari Ur, di pusat kota telah dikaitkan dengan Menara Babel.
Lebih jauh, sejarawan Babilonia Berossus (memerintah sekitar 200 SM), tampaknya dengan jelas merujuk kepada Eridu ketika ia menulis tentang 'Babel' sebagai `Babilonia'. 'Babel'-nya berada di rawa-rawa selatan Efrat dan dilindungi oleh dewa kebijaksanaan dan air tawar. Hubungan ini sangat menunjukkan bahwa Eridu adalah Babel asli dalam Alkitab. Pasalnya, kisah Ziggurat Amar-Suen yang agung kemungkinan besar diwariskan secara lisan sebelum Berossus menuliskan bangunan legendaris itu.
Eridu ditinggalkan secara berkala selama bertahun-tahun karena alasan yang masih belum jelas. Dan akhirnya, kota pertama dalam sejarah dunia itu ditinggalkan sepenuhnya sekitar tahun 600 SM. Penyebabnya kemungkinan besar adalah penggunaan lahan yang berlebihan.
Sarjana Lewis Mumford menunjukkan bahwa sebuah kota akan menurun ketika tidak lagi dalam hubungan simbiosis dengan tanah di sekitarnya. Tidak diragukan lagi inilah yang meruntuhkan banyak kota-kota besar Mesopotamia yang tidak hancur dalam penaklukan.
Sebagai pusat keagamaan dan perdagangan yang populer, Eridu tidak diragukan lagi menarik banyak orang sebagai peziarah dan pedagang. Pengurasan sumber daya di sekitarnya bisa jadi cukup signifikan. Dan akhirnya, pengurasan sumber daya itu terlalu berat bagi penduduk untuk menanggungnya. Ada kemungkinan bahwa Eridu ditinggalkan secara berkala untuk memungkinkan tanahnya pulih.
Apa pun alasan ditinggalkannya, reruntuhan Eridu saat ini sebagian besar adalah bukit pasir yang tersapu angin. Sangat sedikit yang tersisa sekarang untuk mengingatkan kita pada kota yang dulunya perkasa. Kota kuno yang dianggap didirikan dan dicintai oleh para dewa.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR