Walaupun telur-telur ini belum tentu semuanya berasal dari spesies dinosaurus yang berbeda, namun hal ini menambah bobot teori bahwa mungkin ada lebih banyak titanosaurus yang hidup di India daripada tiga jenis yang diketahui saat ini.
Profesor Guntupalli VR Prasad, rekan penulis dan pemimpin tim peneliti, mengatakan, "Bersama dengan sarang dinosaurus dari Jabalpur di timur dan Balasinor di barat, lokasi bersarang baru dari Distrik Dhar, Madhya Pradesh mencakup bentangan timur-barat sekitar 1000 kilometer. Ini merupakan salah satu tempat penetasan dinosaurus terbesar di dunia."
Deccan Traps sendiri adalah dataran banjir basaltik yang sangat luas, tempat terdapat banyak aktivitas vulkanik dengan aliran lava besar yang menutupi seluruh wilayah.
Dalam hal mineral, banyak yang ditemukan dalam geode di Deccan Traps. Di sinilah terdapat gelembung gas dalam lava yang kemudian (saat batuan membeku di sekitarnya) menjadi rongga. Rongga-rongga ini kemudian diisi dengan berbagai mineral, termasuk batu akik.
Menariknya, fosil titanosaurus ditemukan di antara lapisan batuan basaltik ini. Hal ini menunjukkan adanya siklus, di mana setelah gunung berapi meletus dan memuntahkan lava ke lanskap, titanosaurus kembali dan menjelajah kembali area tersebut, sebelum aktivitas vulkanik kembali menutupi daratan.
Ada dugaan bahwa ada alasan mengapa dinosaurus terus-menerus kembali ke daerah aktivitas vulkanik ini berkali-kali. Sekali lagi, batu akik telur bisa menjadi petunjuk.
Robin Hansen, salah satu Kurator Mineral, mengatakan, "Menurut pemahaman saya, ahli paleontologi berasumsi bahwa tanah di sana hangat, sehingga sangat cocok untuk bertelur."
Ini sesuai dengan cara dinosaurus besar ini mengerami telurnya. Meskipun bertelur dalam jumlah banyak, mustahil bagi hewan-hewan itu untuk benar-benar mengerami telurnya agar tetap hangat. Sebaliknya, tampaknya mereka mengandalkan tanah vulkanik yang hangat.
Ini juga akan membantu menjelaskan bagaimana telur akik terbentuk. Mungkin saja sesaat setelah seekor titanosaurus bertelur di pasir hangat, gunung berapi di dekatnya meletus. Puing-puing dan lava yang dikeluarkannya akan menutupi pemandangan, termasuk sarang yang malang itu.
Batuan vulkanik ini kemudian akan mengeras, dengan telur yang tetap utuh di dalamnya. Setelah semua struktur internal dan embrio membusuk, air yang kaya silika pasti telah berulang kali meresap melalui batu dan cangkang telur. Ini mengisi kekosongan, menciptakan spesimen batu akik bergaris yang akhirnya digali puluhan juta tahun kemudian.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Natural History Museum |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR