Raja Tut juga menginspirasi musik jazz, termasuk lagu Old King Tut tahun 1923, yang menyatakan bahwa ia adalah “orang tua yang bijak”. Pengakuan bahwa ia adalah seorang raja muda muncul beberapa tahun setelah makam itu ditemukan.
Penggalian Carter baru mencapai jasad Tutankhamun pada tahun 1925. Saat itu Carter membuka peti mati pertama dari serangkaian peti mati yang memperlihatkan topeng pemakaman emas sang raja. Dan beberapa waktu setelah dibuka, tubuhnya yang rapuh dan hancur.
Otopsi yang cermat mengungkapkan bahwa Raja Tutankhamun bukanlah seorang raja tua yang rentan. Ia adalah seorang pemuda, berusia antara 17 dan 19 tahun. Penemuan bahwa raja muda itu telah menderita banyak luka. Luka-luka Tutankhamun pun memicu serangkaian spekulasi dan cerita kutukan yang mengaitkannya dengan kematian Lord Carnarvon. Kematian Lord Carnarvon hanya beberapa minggu setelah makam itu dibuka.
Kultus Raja Tutankhamun juga memiliki sisi gelap yang mencerminkan ketakutan pribadi dan penderitaan tersembunyi orang-orang. Jasadnya digali pada saat masyarakat masih dalam tahap pemulihan dari dampak Perang Dunia Pertama. Sebagian besar korban perang juga dimakamkan jauh dari rumah, jasad mereka tidak pernah kembali.
Penemuan bahwa Tutankhamun adalah raja muda yang jasadnya memiliki banyak luka menarik perhatian orang-orang. Terutama mereka yang berduka atas kematian akibat perang atau merawat orang-orang terkasih yang terluka.
Mumi yang dapat bangkit dari kematian kini diabadikan oleh industri film baru. Menurut Roger Luckhurst di Birkbeck College, “Jurnalis pertama yang melihat wajah firaun Tutankhamun adalah John Balderston. Ia kemudian menulis naskah untuk film horor Universal The Mummy. Film itu dirilis pada tahun 1932.”
Luckhurst yakin foto-foto Burton tentang harta karun Tutankhamun membantu menjadikan Carter dan Carnarvon sebagai tokoh heroik yang berani. Keduanya menjadi contoh bagi para pahlawan seperti dalam Raiders of the Lost Ark dan Lara Croft: Tomb Raider.
Kegilaan pada tahun 1920-an terhadap Raja Tutankhamun merupakan proyek imajinasi global. Hal itu menghubungkan orang-orang dengan tempat kuno dan satu sama lain. Termasuk orang-orang terkasih yang kehilangan orang yang diratapi.
“Demam” Tutankhamun memungkinkan orang membayangkan diri mereka sendiri di dunia yang berbeda dan mungkin lebih baik. Dan kebutuhan untuk memimpikan dunia baru, dengan memulihkan dunia yang hilang dalam sejarah, sama pentingnya seperti sebelumnya.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | BBC |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR