Stephan Lautenschlager, ahli paleontologi University of Birmingham yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan, "Saya tidak akan menduga bahwa kita akan melihat therizinosaurus hanya dengan dua jari."
Namun, mengingat beberapa garis keturunan dinosaurus theropoda lainnya telah mengembangkan jumlah jari yang lebih sedikit, fakta bahwa therizinosaurus berjari dua pernah ada masuk akal.
Penyebab Duonychus kehilangan satu jarinya
Dalam kasus Duonychus, hilangnya jari ketiga mungkin merupakan kebetulan evolusi yang tidak memiliki risiko tertentu. Pergelangan tangan dinosaurus itu fleksibel, sesuai dengan perilaku mencengkeram.
Selubung keratin yang terawetkan pada cakar jari Duoncyhus menyerupai cakar kucing yang tidak dapat ditarik. Dikombinasikan dengan fleksibilitas di pergelangan tangan, tampaknya Duonychus menggunakan cakarnya untuk mencengkeram tanaman atau cabang pohon dan menarik makanan hijau lebih dekat untuk dimakan.
Lautenschlager mengatakan cakar tersebut pada dasarnya berfungsi mirip dengan kait pengait, dan semakin melengkung semakin baik. Keratin yang diawetkan menunjukkan seberapa melengkungnya cakar ini. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi dinosaurus yang menarik dahan ke arah dirinya sendiri dengan cakar tersebut.
Keratin dapat tumbuh kembali jika ujung tipisnya patah. Hal ini tidak mungkin terjadi jika cakar tersebut hanya berupa tulang.
Cakar-cakar itu juga bisa menjadi senjata yang tangguh, baik untuk pertahanan maupun dalam konflik antar Duonychus. Selain itu, cakar yang bengkok tersebut juga juga dapat membantunya menangkis predator atau mencegah Duonychus lain terlalu dekat agar ia merasa nyaman.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR