Namun, ini bukan berarti bahwa Hatshepsut tidak menjadi sasaran penghapusan politik setelah kematiannya.
Penghapusan politik Hatshepsut setelah kematiannya
"Tidak diragukan lagi bahwa Hatshepsut memang mengalami kampanye penghapusan—di banyak monumen di seluruh Mesir, gambar dan namanya telah dicoret secara sistematis," kata Wong. "Kita tahu bahwa kampanye penghapusan ini diprakarsai oleh Thutmose III, tetapi kita tidak yakin mengapa."
Patung-patung Hatshepsut di Deir el-Bahri dinonaktifkan dengan cara yang normal, sementara gambar dan prasasti tentang dirinya di situs lain justru dirusak secara brutal. Hal ini menunjukkan bahwa penghapusan terhadap sosok Hatshepsut mungkin tidak didasari oleh alasan pribadi.
Wong mengatakan bahwa patung-patung firaun lain juga mengalami penonaktifan ritual. Fakta bahwa patung-patung Hatshepsut di Deir el-Bahri dinonaktifkan secara normal, sementara patung-patung dirinya di lokasi lain dirusak secara brutal, menunjukkan bahwa Thutmose III kemungkinan merasa harus menghapus jejak Hatshepsut karena alasan politik—misalnya tekanan atau kekhawatiran dari para pendukung Hatshepsut terhadap masa pemerintahannya.
Wong menambahkan, para ahli Mesir kuno pada awalnya mengira bahwa Thutmose III pasti sangat membenci Hatshepsut, namun kemungkinan besar anggapan ini tidaklah akurat. Misalnya saja perlakukan terhadap patung-patung itu yang menunjukkan bahwa Thutmose III dimotivasi oleh faktor ritualistik dan praktis, bukan permusuhan pribadi.
Thutmose III akan dipengaruhi oleh pertimbangan politik—seperti apakah pemerintahan Hatshepsut merugikan warisannya sebagai firaun.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR