Nationalgeographic.co.id—Waralaba "Jurassic" kembali menghentak layar lebar dengan "Jurassic World Rebirth" yang tayang perdana pada Rabu, 2 Juli. Sejak film pertamanya, "Jurassic Park," dirilis lebih dari tiga dekade lalu pada tahun 1993, dinosaurus telah memukau penonton di seluruh dunia.
Namun, seberapa akuratkah penggambaran makhluk prasejarah ini di Hollywood?
Steve Brusatte, seorang ahli paleontologi vertebrata dan biolog evolusi dari University of Edinburgh, Skotlandia, yang juga menjabat sebagai penasihat ilmiah untuk film-film "Jurassic World" termasuk seri terbaru yang dibintangi oleh Scarlett Johansson, Mahershala Ali, dan Jonathan Bailey, memberikan pandangannya.
Brusatte mengungkapkan bahwa meskipun 30 tahun telah berlalu sejak "Jurassic Park" pertama, citra dinosaurus dalam film tersebut masih relevan dengan pengetahuan kita saat ini. "Dinosaurus-dinosaurus tersebut masih terasa realistis dalam postur dan perilakunya. Mereka masih terlihat bagus di layar. Film itu telah menua dengan baik!" ujarnya.
Sejak 1993, sekitar 1.000 spesies dinosaurus baru telah ditemukan, dan teknologi seperti pemindaian CT serta analisis molekuler fosil telah merevolusi pemahaman kita tentang pertumbuhan, gerakan, reproduksi, perburuan, dan interaksi sosial dinosaurus.
Salah satu penemuan paling signifikan adalah keberadaan bulu pada banyak dinosaurus, sebuah fakta yang ingin diluruskan Brusatte dari film-film sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa pada tahun 1996, tiga tahun setelah film pertama rilis, seorang petani di Tiongkok menemukan kerangka dinosaurus dengan bulu yang membatu. Penemuan ini mengubah pandangan kita, menunjukkan bahwa banyak dinosaurus, termasuk Velociraptor asli, memiliki bulu bahkan sayap di lengannya.
Peran Penasihat Ilmiah dan Prioritas Hollywood
Peran Steve Brusatte sebagai penasihat ilmiah adalah memberikan masukan kepada para pembuat film mengenai aspek ilmiah dinosaurus. Ia terlibat di tahap awal produksi, saat naskah disempurnakan dan desain karakter dinosaurus dikembangkan, melalui diskusi via Zoom, panggilan telepon, dan email.
"Tugas saya adalah memberi nasihat," kata Brusatte seperti dilansir Live Science. "Saya melihat diri saya sebagai advokat untuk sains, dan misi saya adalah memastikan bahwa ilmu di balik dinosaurus selalu ada, di telinga para jenius kreatif yang menulis dan membuat film."
Meskipun demikian, ia menyadari bahwa akurasi ilmiah harus diseimbangkan dengan kebutuhan hiburan. Film-film ini adalah "film blockbuster monster Hollywood musim panas" yang bertujuan untuk menghibur, bukan dokumenter alam.
Baca Juga: Bisakah Dinosaurus Bertahan Hidup di Dunia Modern Seperti di Jurassic World: Rebirth?
Brusatte mengapresiasi fakta bahwa waralaba "Jurassic Park" dan "Jurassic World" selalu melibatkan penasihat paleontologi, sebuah praktik yang jarang ditemukan dalam film fiksi ilmiah lainnya.
Ia menerima bahwa ada lisensi artistik yang diambil untuk membuat karakter dinosaurus berkesan di layar, mengingat kita masih belum mengetahui segalanya tentang makhluk yang punah jutaan tahun lalu ini.
Dinosaurus Favorit dan Momen Paling Mengesankan
Ketika ditanya tentang periode Mesozoikum yang ingin ia pelajari secara langsung, Brusatte memilih periode Trias (sekitar 252 juta hingga 201 juta tahun lalu), di mana dinosaurus pertama kali muncul. Dinosaurus perintis ini, yang ukurannya hanya sebesar kucing atau anjing, cerdas, cepat, dan aktif—nenek moyang dinasti dinosaurus.
Sementara itu, mengenai dinosaurus yang paling menakutkan, Brusatte menegaskan bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan T. rex.
"Itu adalah monster seukuran bus, dengan kepala sebesar bak mandi, dengan lebih dari 50 gigi paku rel kereta api yang dapat menghancurkan tulang mangsanya," jelasnya. Ia menambahkan bahwa T. rex juga cerdas, memiliki otak besar, dan indra penciuman, pendengaran, serta penglihatan yang tajam.
Dalam film "Jurassic World Rebirth," dinosaurus favorit Brusatte adalah titanosaurus, sauropoda berleher panjang raksasa. Ia terpesona oleh cara Gareth Edwards, sutradara film terbaru, menggambarkan ukuran dan skala masif mereka.
Adegan favoritnya adalah ketika ahli paleontologi yang diperankan oleh Jonathan Bailey bertemu dengan dinosaurus-dinosaurus ini untuk pertama kalinya dan "secara emosional terbawa suasana." Bagi Brusatte, itu adalah gambaran bagaimana ia sendiri akan bereaksi jika melihat dinosaurus raksasa sungguhan.
Kesempatannya menjadi penasihat ilmiah datang melalui keberuntungan, ketika sutradara Colin Trevorrow, yang mengembangkan "Dominion" pada tahun 2018, membaca bukunya, "The Rise and Fall of the Dinosaurs," dan menghubunginya setelah ahli paleontologi sebelumnya, Jack Horner, pensiun.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR