Nationalgeographic.co.id—Dua puluh empat tahun setelah dirilis, "Jurassic Park III" masih dianggap sebagai sekuel yang sangat memuaskan dan film makhluk yang fantastis. Dengan durasi 93 menit, film ini adalah tontonan monster yang ramping, penuh aksi, dan langsung pada intinya.
Meskipun adegan mimpi Velociraptor mungkin terasa konyol, namun tetap masuk akal dalam konteks film yang terinspirasi oleh Ray Harryhausen ini, menampilkan pertarungan dinosaurus yang besar dan menghibur.
Selain adegan kejar-kejaran manusia yang mendebarkan, seperti sekuens Pteranodon yang ikonik, pertarungan antara T-rex dan Spinosaurus mengangkat film ini ke tingkat yang baru.
Sejak kemunculan awalnya dari hutan dan pertarungan dengan pesawat, Spinosaurus langsung memposisikan dirinya sebagai ancaman baru yang besar. Ia bukanlah sekadar dinosaurus lapar; Spinosaurus tanpa henti memburu keluarga Kirby dan Alan Grant (Sam Neill) melintasi Isla Sorna selama berhari-hari tanpa alasan yang jelas.
Adegan terbaik dari "Jurassic Park III" adalah ketika Grant dan Eric (Trevor Morgan) bersatu kembali dengan orang tua Eric berkat Eric yang melacak dering ponsel ayahnya. Saat ponsel itu berdering lagi, mereka menyadari bahwa itu adalah tipuan Spinosaurus untuk mengumpulkan manusia di satu tempat agar mudah dimangsa.
Meskipun T-rex adalah simbol waralaba dan Velociraptor mungkin dinosaurus yang paling ganas, Spinosaurus tanpa ragu adalah dinosaurus paling jahat di seluruh waralaba tersebut.
Inilah, seperti dipaparkan oleh Rafael Motamayor di laman Slash Film, yang membuat kemunculan Spinosaurus di "Jurassic World Rebirth" menjadi kekecewaan besar.
"Rebirth" Mengorbankan Kebrutalan demi Akurasi
Di "Jurassic World Rebirth", Spinosaurus pertama kali terlihat oleh keluarga Delgado dari kejauhan sebelum kecelakaan perahu mereka akibat serangan Mosasaurus. Kemudian, tiga Spinosaurus terlihat bekerja sama dengan Mosasaurus, memakan sisa-sisa manusia dan bahkan mencoba melompat ke kapal untuk memangsa.
Spinosaurus tidak lagi menjadi monster buas yang memburu mangsa di seluruh pulau tanpa alasan. Sebaliknya, seperti yang ditunjukkan salah satu karakter di "Rebirth", Spinosaurus memiliki hubungan simbiosis dengan Mosasaurus, hanya memakan sisa-sisa yang ditinggalkan. Ia direduksi menjadi pendamping yang mengikuti, bukan lagi ancaman yang berdiri sendiri.
Kembalinya Spinosaurus di "Rebirth" awalnya menjadi alasan untuk merayakan, tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Tidak hanya tingkah lakunya yang tidak "keren", penampilannya pun lebih buruk.
Baca Juga: Bumi sebelum Dinosaurus Punah, Samakah Seperti di Jurassic World: Rebirth?
Alih-alih menyerupai T-rex besar dengan layar di punggungnya, Spinosaurus kini terlihat seperti persilangan buaya dan bebek, jauh lebih mirip makhluk akuatik daripada di "Jurassic Park III".
Ini menghilangkan semua kesan bahaya dan faktor menakutkan, meninggalkan kita dengan dinosaurus mirip bangau yang canggung yang, menurut sains, sebagian besar memakan ikan.
Waralaba "Jurassic Park" Tidak Pernah Akurat Sejak Awal
Perubahan penampilan Spinosaurus antara film didasarkan pada data ilmiah baru tentang seperti apa Spinosaurus di dunia nyata. Penampilan aslinya di "Jurassic Park III" sesuai dengan keyakinan saat itu, namun spesimen Spinosaurus yang terkenal tidak lengkap—holotipe fosil aslinya hancur selama Perang Dunia II.
Hingga 2014, para ilmuwan hanya memiliki bagian tengkorak dan layar, dan hanya bisa menebak-nebak sisa kerangkanya. Ada banyak perdebatan tentang bagaimana Spinosaurus berfungsi, terutama cara ia bergerak dan apakah ia benar-benar bisa berdiri tegak.
Meskipun secara tradisional dianggap bipedal, sebuah makalah tahun 2014 mempopulerkan gagasan bahwa Spinosaurus sebenarnya adalah quadrupedal, yang mengarah pada makhluk buaya-bebek aneh di "Jurassic World Rebirth."
Masalahnya, ini seharusnya tidak terjadi. Pertama, mencoba mengikuti teori ilmiah dan menyajikannya sebagai fakta dalam film bisa menjadi perjuangan yang sia-sia karena teori tentang dinosaurus berubah sepanjang waktu—kini diyakini lagi bahwa Spinosaurus sebenarnya bisa berdiri tegak.
Yang lebih penting, setiap dinosaurus di "Jurassic World Rebirth" adalah mutan, bukan hanya Distortus Rex. Sejak "Jurassic Park" yang asli, waralaba ini telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa ini bukanlah representasi akurat dari dinosaurus asli, tetapi telah dimodifikasi dengan DNA dari katak dan makhluk lain.
Lalu, mengapa Spinosaurus tidak bisa tetap menjadi predator buas, dan hanya menggunakan campur tangan DNA sebagai alasan? Dilophosaurus memiliki rumbai dan bisa menyemburkan racun—dan jangan membahas Velociraptor yang sangat tidak akurat.
Kita tidak datang ke waralaba "Jurassic" untuk akurasi, melainkan untuk menonton monster menakutkan mengejar manusia. Semoga film berikutnya akan mengembalikan Spinosaurus ke kejayaannya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR