Hingga pukul 22.30 Pamela belum sampai di rumah. Sang ayah pun mengutus Ho Ying, seorang pelayan untuk pergi ke arena selancar es untuk mencari dan menjemput Pamela pulang.
Pamela tidak ditemukan di arena selancar es, bahkan tempat itu sudah tutup. Mendengar kabar tersebut, ayah Pamela pun turut serta melakukan pencarian dengan membawa sebuah obor listrik sebagai penerang. Pencarian juga tidak membuahkan hasil.
Baca juga: Gol Meksiko ke Gawang Jerman Menyebabkan Gempa di Mexico City
Keesokan harinya, pada pukul 08.00, seorang supir becak menemukan Pamela. Nahas, Pamela ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di dalam sebuah selokan—saat ini tempat tersebut dikenal dengan nama Menara Fox.
Pamela ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan. Tubuhnya dimutilasi dan jantungnya hilang entah ke mana.
Hasil autopsi menunjukkan bahwa Pamela mengalami pemerkosaan. Tidak hanya diperkosa, organ intim Pamela pun rusak dengan pisau secara brutal berkali-kali.
Pendarahan otak juga ditemukan di dalam kepala Pamela. Pukulan benda tumpul seperti balok kayu dan batu menjadi "tertuduh" pelaku penyebab pendarahan tersebut.
Baca juga: Kisah Amalia Usmaianti, Salah Satu Dokter Pengabdi di Pedalaman Papua
Sekeras apapun usaha sang ayah dan para penyelidik, kasus pembunuhan sadis ini pun tidak terpecahkan. Pelaku yang tidak diketahui tujuannya ini pun tidak tertangkap hingga saat ini—mungkin juga sudah meninggal.
Walaupun tidak terpecahkan, namun penyelidikan sempat memunculkan beberapa tersangka: ekspatriat eksentrik, tentara Jepang, dan diplomat senior kedutaan Inggris. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)
Source | : | Intisari |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR