Gelandang tengah Kolombia, Carlos Sanchez, boleh lega karena satu hal: kartu merah yang didapatnya mendekati menit ke-3 saat melawan Jepang di Piala Dunia 2018, ternyata bukan yang paling cepat dalam sejarah.
Rekor tersebut masih berada di tangan bek timnas Uruguay, Jose Batista, yang mendapat kartu merah di menit pertama, saat melawan Skotlandia, di Piala Dunia 1986.
Dalam sejarah Piala Dunia, ada empat pemain yang paling cepat dikeluarkan dari pertandingan akibat kartu merah. Bahkan, waktunya kurang dari sepuluh menit. Siapa sajakah mereka?
Baca juga: Pertikaian 'Abadi' Antara Saudara Kandung Lahirkan Adidas dan Puma
Jose Batista, 1986
Batista, pemain belakang tim Uruguay, diberikan kartu merah di detik ke-52 saat bertanding melawan Skotlandia, di Piala Dunia 1986, Meksiko.
Kartu merah dilayangkan kepadanya setelah Batista menjatuhkan gelandang tengah Skotlandia, Gordon Strachan.
Mungkin kartu merah bisa dikeluarkan lebih awal karena pelanggaran terjadi pada detik ke-39. Namun, perlu waktu 13 detik bagi wasit Prancis, Joel Quiniou, untuk memutuskan hasil akhirnya.
Meskipun memiliki kerugian karena kekurangan satu pemain, namun Uruguay berhasil mempertahankan gawangnya dengan skor imbang 0-0.
Batista sendiri, sama seperti pemain Uruguay lainnya, tidak memiliki reputasi sebagai tukang berkelahi. Namun sayangnya, gelar pemain yang paling cepat mendapat kartu merah, harus melekat padanya sepanjang sejarah.
“Kini, saya bekerja di akademi sepak bola dan melatih tim amatir. Saya selalu mendengar mereka membicarakan saya: ‘Anda tahu siapa orang ini? Dia pernah diusir wasit’. Jika sudah begitu, saya segera mengeluarkan ponsel dan mengajarkan mereka cara menendang,” papar Batista dalam sebuah wawancara dengan FIFA.com di 2016.
Carlos Sanchez, 2018
Pelanggaran yang dilakukan gelandang Kolombia ini, tidak sejelas Batista. Ia diusir oleh wasit asal Slovenia, Damir Skomina, setelah menghalangi tendangan bola dengan lengan kanannya, saat melawan timnas Jepang. Sanchez mendapat kartu merah di menit kedua lebih 56 detik.
Sebagai gantinya, Shinji Kagawa, diberikan tendangan penalti dan berhasil membawa Jepang unggul. Meskipun Kolombia berhasil menyamai skor di menit ke-39, namun tendangan Yuya Osako di babak kedua akhirnya berhasil mengunci kemenangan Jepang.
Georgio Ferrini, 1962
Penampilan Italia pada Piala Dunia 1962 bisa dibilang sebagai permainan paling kotor dalam sejarah. Sekitar 66 ribu pendukung di stadion nasional Cile menyaksikan bagaimana ‘perang’ terjadi di sana. Para pemain saling meludah, menendang, memukul, hingga akhirnya polisi harus melakukan intervensi.
Di menit ke-12, wasit Ken Aston, mengusir gelandang tengah Italia, Georgio Ferrini, dengan kartu merah karena melakukan kekerasan terhadap salah satu pemain Cile. Namun, Ferrini menolak meninggalkan lapangan hingga akhirnya ia harus diseret polisi.
Setelahnya, aksi kekerasan semakin memburuk. Sesaat sebelum babak pertama selesai, bek Italia, Mario David, diusir dari lapangan setelah ia menendang leher Leonel Sanchez.
Sementara itu, Sanchez, yang merupakan anak dari petinju profesional, mematahkan hidung Humberto Maschio dengan pukulannya di babak kedua. Namun, ia tidak mendapat kartu merah.
Dengan ini, Italia harus bermain dengan sembilan orang, dan Cile dengan formasi lengkap. Cile berhasil memenangkan laga dengan skor 2-0.
Hingga saat ini, pertandingan Italia melawan Cile yang penuh darah itu dikenal dengan nama “Battle of Santiago”.
Baca juga: Piala Dunia 1938: Saat Nazi Memaksa Warga Austria Bermain Untuk Jerman
Zeze Procopio, 1938
Sebelum “Battle of Santiago”, pertandingan penuh kekerasan juga pernah terjadi pada Piala Dunia 1938, ketika Brazil melawan Cekoslowakia.
Menurut keterangan Brian Glanville, jurnalis Inggris, terdapat ‘pembantaian’ pada pertandingan perempat final di Bordeaux, Prancis.
Zeze, gelandang tengah Brazil, dikeluarkan dari pertandingan di menit ke-14 setelah menendang pemain depan Cekoslowakia, Oldrich Nejedly, hingga kakinya patah.
Selain Zeze, penyerang Ceko, Jan Riha, dan Arthur Machado, pemain belakang Brazil juga diberikan kartu merah setelah bertukar tinju di menit 89.
Source | : | Associated Press |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR