Para pekerja proyek renovasi gereja Bath Abbey di Inggris, membuat penemuan mengejutkan ketika mereka sedang mengangkat kursi-kursi di bangunan kuno tersebut. Sepasang koin misterius dengan gambar iblis terletak di sana.
Di bawah gambar iblis, terdapat tulisan dalam bahasa Latin “CIVITAS DIABOLI” yang berarti kota iblis. Sementara di baliknya, tertulis kata-kata dalam bahasa Denmark, “13 MAJ ANHOLT 1973”.
Tertegun oleh penemuan aneh tersebut, peneliti berusaha mengungkap kisah luar biasa di balik ‘koin iblis’.
Baca juga: Perubahan Iklim Menenggelamkan Kekayaan Arkeologi di Arktika
Menurut para ahli dari Wessex Archaeology, tanggal yang tertulis di koin, mengacu pada sebuah insiden di pulau Anholt, Denmark, pada 1973.
Pada saat itu, penduduk lokal menemukan 13 ‘tempat pemujaan’ di Anholt – memicu penyelidikan lebih lanjut oleh polisi. Topeng, lilin hitam, tumpukan batu yang aneh, tulang dililit tali, hingga kepala palsu yang tertancap di tiang, ditemukan di sana.
Benda-benda ‘aneh’ itu kemudian diliput oleh media nasional Denmark, memunculkan spekulasi adanya ilmu hitam dan pemujaan setan di Anholt. Bahkan, ada rumor tentang pengorbanan manusia di pulau tersebut. Namun, teori terakhir ini terbantahkan karena terduga korban menghubungi polisi.
Saat kehebohan mulai mereda, misteri baru justru muncul. Koin-koin dengan gambar iblis mulai muncul di gereja-gereja dan museum di Denmark. Hampir 400 koin ditemukan.
“Beberapa koin bahkan dilengkapi dengan surat yang menyatakan bahwa itu berasal dari imam iblis tertinggi bernama Alice Mandragora,” papar arkeolog.
Namun, ternyata, artefak-artefak aneh yang ditemukan – termasuk ‘koin iblis’ – merupakan bagian dari tipuan rumit.
Di 2013 lalu, koran Denmark, Politiken, mengungkap bahwa lelucon itu berasal dari gagasan Knud Langkow, pegawai di National Gallery of Denmark yang meninggal pada 2004.
Keponakannya, Lene Langkow Saaek, menjelaskan bahwa Knud Langkow bukanlah pemuja setan. Tipuan itu hanyalah bagian dari selera humornya.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Source | : | The Guardian,New York Post |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR