Nationalgeographic.co.id - Banyak orang familier dengan kisah konyol di mana gajah takut kepada tikus. Namun, tidak hanya cerita di kartun, hewan bertubuh besar ini ternyata benar-benar takut kepada makhluk kecil: terutama lebah madu.
Para ilmuwan di Taman Nasional Kruger menemukan fakta bahwa gajah Afrika (Loxodonta africana) cenderung menghindari hewan penyengat tersebut.
Lebah madu melepaskan senyawa kimia feromon ketika mereka merasakan ancaman. Bagi lebah, alarm alami ini menjadi sinyal bagi kelompoknya untuk datang membantu dan menyerang ancaman tersebut – yaitu dengan menyengatnya.
Baca juga: Beruang Kutub Ditembak Mati Setelah Menyerang Petugas Kapal Pesiar
Gajah sendiri peka terhadap feromon lebah madu sehingga bisa mendeteksinya dari jauh. Menurut peneliti, ketika gajah merasakan hawa feromon, mereka akan menjaga jarak dari wilayah tersebut.
Untuk menguji teori ini, para ilmuwan meletakkan kaus kaki yang berisi campuran feromon lebah madu di dekat lubang air yang sering dikunjungi gajah-gajah taman nasional.
Mereka menyaksikan bagaimana 25 dari 29 gajah mendekati kaus kaki, menyelidikinya, sebelum akhirnya menjauh ketakutan.
Para ilmuwan menduga, gajah takut dengan lebah karena mereka tidak suka disengat di jaringan lunak yang ada di dekat gading dan sekitar mata.
Ketika gajah berevolusi, hewan besar ini belajar untuk mengidentifikasi dan menghindari feromon lebah madu sebagai cara untuk menghindari sengatan yang menyakitkan.
Baca juga: Cacing Gelang Hidup Kembali Setelah Membeku Selama 40 Ribu Tahun
Peneliti berharap dapat menggunakan rasa takut gajah untuk menjauhkan mamalia ini dari pemukiman penduduk.
Populasi manusia tumbuh dengan cepat di Afrika dan Asia. Lingkungan mereka pun tumpang tindih dengan habitat gajah dan akhirnya menimbulkan konflik. Feromon mungkin bisa mencegah gajah masuk ke wilayah yang dihuni manusia.
Namun, para peneliti belum yakin apakah feromon lebah madu ini efektif pada skala yang lebih besar, seperti melindungi lahan pertanian. Perlu dilakukan studi lebih lanjut.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR