Anak-anak—atau bahkan pengunjung lainnya—disediakan papan kardus yang sudah dibentuk untuk kemudian digambar, diwarnai ataupun diubah bentuk menjadi sebuah mainan dan karya seni. Papan kardus yang biasanya teronggok di tempat sampah menjadi sebuah bentuk baru dengan nilai tambah.
Karya pengunjung ini kemudian dapat digabungkan bersama dengan karya yang sudah dimulai oleh Gatot satu bulan lalu ini. "Tujuannya sederhana, ingin mengajak mereka (pengunjung) mengurangi perilaku menyampah sejak dini," ungkap Aprina Murwanti, Kepala Tim Edukasi dan Program Publik Museum MACAN.
Baca juga: 5 Cara Mudah yang Dapat Kita Lakukan untuk Menghemat Air di Rumah
Senada dengan Aprina, Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto, mengatakan bahwa ia dan Museum MACAN ingin mengajarkan dan menularkan semangat penggunaan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai yang kita temui sehari-hari.
Baca juga: Ketika Aroma yang Kita Cium Membawa Kembali Kenangan Masa Lalu
Walaupun ruang seni anak ini "hanya" dibuka di Museum MACAN, namun semangat memanfaat barang tidak terpakai ini tetap ditularkan secara luas melalui beberapa program seperti Educators Forum dan pengiriman alat peraga berupa 5 papan kardus dengan pola berbeda kepada sekolah-sekolah.
Baca juga: Dampak Mengerikan dari Konflik Gajah-Manusia yang Terjadi di India
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR