Nationalgeographic.co.id - Kejahatan anak bukanlah kasus baru di Indonesia. Catatan ECPAT pada September 2016 hingga Februari 2017, ada enam kasus kejahatan anak dengan jumlah korban yang cukup besar, yakni 157 anak. Kasus ini tersebar di empat provinsi dan enam kabupaten di Indonesia.
Satu kasus yang sempat heboh adalah terungkapnya kelompok paedofil di grup Facebook untuk bertukar foto dan video porno anak. Empat orang termasuk pendiri dan admin grup yang berisikan 7.000 akun member itu sudah ditangkap polisi. Dua di antaranya masih berusia di bawah 17 tahun.
Kasus lain mungkin juga tengah terjadi, namun banyak orang juga memilih untuk tidak melaporkannya agar tidak terkena dampak sosial.
Baca juga: Anting Yunani Kuno Ditemukan di Situs Arkeologi Yerusalem
Menandai paedofil, jika mereka ada di sekitar kita, bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, tidak ada ciri sangat khusus yang membedakan mereka dengan orang lainnya.
Umumnya pedofil suka dekat dengan anak-anak. Tapi, tidak semua yang dekat dengan anak-anak pasti paedofil. Perlu diingat juga, tidak semua pedofil adalah pelaku kejahatan seksual.
Meski tidak ada ciri khusus dari para pedofil ini, menurut yayasan nirlaba yang bergerak di bidang kesejahteraan anak Educate and Empower Kids, orangtua bisa mewaspadai seseorang yang menunjukkan ciri umum:
1. Seorang predator seks, mungkin memberi perhatian khusus kepada anak dan membuat anak merasa istimewa. Mereka akan cenderung untuk mencoba untuk memenangkan kasih sayang anak dengan sering memberi hadiah.
Contohnya,"Saya punya sekotak permen, yuk kita berbagi." Atau, kepada anak yang lebih tua, mungkin mereka akan mengatakan, "Kamu suka grup musik X? Saya punya tiket konsernya untuk kita. Itu juga band favorit saya."
2. Mereka mungkin mengisolasi anak dengan melibatkannya dalam kegiatan yang menyenangkan yang mengharuskan mereka untuk menyendiri bersama-sama.
3. Mereka juga mungkin akan mencoba menyentuh anak di depan Anda, orangtuanya, supaya anak berpikir bahwa Anda tidak keberatan jika dia disentuh oleh si Predator.
Sentuhannya berupa sentuhan sederhana tepukan di pundak, atau meminta pelukan selamat tinggal. Mereka tidak akan memaksakan sebuah sentuhan untuk menghindari kecurigaan.
4. Perlu diingat bahwa kontak fisik pertama antara predator dengan korban sering bersifat non-seksual yang dirancang untuk memengaruhi anak.
Tujuannya, supaya anak nyaman dan bisa disentuh, sehingga jalan untuk melakukan aktivitas seksual menjadi lebih terbuka.
5. Seorang predator mungkin juga akan mengambil keuntungan dari rasa ingin tahu alami anak tentang seks.
Baca juga: Cara Jepang Bertahan Dari Serangan Gempa Bumi yang Kerap Terjadi
Caranya, mereka akan mengatakan lelucon yang "jorok", atau mengajak anak bermain permainan yang mengarah ke aktivitas seks.
6. Seorang predator, secara diam-diam, memerhatikan apa yang menjadi kesukaan anak supaya bisa memikat anak dengan menawarkan apa yang anak sukai.
Setelah anak terpikat, tidak menutup kemungkinan, mereka akan ditawari mencoba narkoba atau alkohol juga.
Setelah beberapa saat, predator akan meminta anak mengakses media porno sebagai balasan atas pemberian mereka selama ini. Dalam meminta, mereka tidak akan menggunakan cara kasar atau memaksa. Mereka lebih percaya keampuhan bujuk rayu.
7. Seorang predator juga kerap menampilkan dirinya sebagai pendengar yang simpatik ketika orangtua dan teman mengecewakan anak.
Predator sering menarget anak yang merasa terisolasi dari teman dan keluarganya.
8. Seorang predator sering memerlakukan korban sebagai orang yang istimewa dalam "hubungan" mereka.
Mereka akan berpura-pura berbagi rahasia penting kepada anak, membuat anak merasa dipercaya dan diistimewakan. Ujungnya, anak juga diminta berbagi sesuatu yang penting dengan Si Predator.
Area Aman Untuk Anak
Mencegah kejahatan seks terjadi pada anak, selain memerlukan peran orang tua, pemerintah juga bisa menggandeng masyarakat umum untuk ikut aktif melindungi generasi muda kita. Salah satunya mungkin dengan mengadopsi program Safe Stop di New York.
Adanya program ini didorong oleh pembunuhan seorang anak Leiby Kletzky pada 2011. Leiby hilang setelah pulang dari acara kemping dan tubuhnya ditemukam sudah termutilasi. Kasus ini menggeramkan masyarakat dan mendorong jaksa setempat mencanangkan program Safe Stop.
Toko-toko daerah Brooklyn yang ingin berpartisipasi melindungi anak-anak, diberi stiker khusus di bagian depannya. Bangunan yang punya stiker ini, berarti tempat aman bagi anak dan anak yang merasa perlu pertolongan apapun.
Anak bisa datang dan mendapat bantuan serta perlindungan dari orang dewasa. Mereka yang ingin berpartisipasi, telah lebih dulu diseleksi dan diperiksa latar belakang kehidupannya oleh pemerintah dan aparat hukum.
Mungkin, sudah saatnya negara kita mengadopsi program serupa dengan melibatkan partisipasi masyarakat luas.
Baca juga: Tidak Terprediksi, Namun Jakarta Perlu Waspada Gempa Sunda Megathrust
Tujuannya, agar anak-anak yang mengalami ancaman kejahatan, termasuk dari predator seks, dan sedang jauh dari rumah, bisa segera mendapat perlindungan sebelum sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR