Nationalgeographic.co.id - Berbicara mengenai destinasi pariwisata dunia, Indonesia tentu menjadi salah satu negara yang akan selalu disebut. Bagaimana tidak, negara dengan lebih dari 16.000 pulau ini memiliki daya tarik tersendiri. Wisata laut, kepulauan, wisata budaya, hingga wisata kuliner semua tersedia.
Apalagi ditambah dengan keramahan orang Indonesia yang sudah sering diakui oleh dunia.
Baca juga: Baca Juga : Zat Berbahaya dari Plastik dan Kosmetik Ditemukan di Tubuh Lumba-lumba
Keunggulan Indonesia sebagai negara tujuan wisata dunia ini dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang turut menyertainya. Tengok saja 14th UNWTO Award lalu, Indonesia menjadi juara dalam kategori innovation in tourism yang diwakilkan oleh TRIPONYU, aplikasi tur penghubung wisatawan dan penduduk lokal asal Solo dan The Sumba Hospitality Foundation (juara ketiga), yayasan yang melaksanakan misi pendidikan dan pengembangan kepedulian para siswa akan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan mereka tinggal.
Kala itu, Kamis (18/1/2018), dalam acara International Tourism Trade Fair in Spain (FITUR), Madrid, nama Indonesia muncul sebagai pemenang. Zurab Pololikashvili, Sekretaris Jenderal UNWTO mengatakan bahwa kemenangan-kemenangan ini adalah bentuk pengakuan UN terhadap usaha dalam membangun masa depan dengan memanfaatkan potensi pariwisata.
Tidak hanya berjaya dalam 14th UNWTO Award, Indonesia juga pernah menjadi juara umum dalam World Halal Tourism Award 2016 yang diadakan di Abu Dhabi. Saat itu, Indonesia merebut juara pada 12 kategori dari 16 kategori yang dilombakan.
Menanggapi kemenangan Indonesia, Menteri Pariwisata, Arief Yahya saat itu mengunggah lagu nasional, Maju Tak Gentar dengan caption "Maju serentak, tentu kita menang!"
Baca juga: Baca Juga : Teknologi Ini Bisa Membersihkan Ribuan Ton Sampah Plastik di Laut
Menteri yang terkenal dengan jargon "Kemenangan itu direncanakan" ini menjadi sasaran awak media karena dinilai berhasil menjadi nahkoda Kementerian Pariwisata.
Mantan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ini membagikan ide dan strategi pemenangan Indonesia dalam berbagai kompetisi internasional dalam laman resmi Kementerian Pariwisata pada sebuah kolom bernama "CEO Message".
Dalam sebuah unggahannya pada tahun 2016, Arief menggunakan strategi yang ia pelajari dari Sun Tzu, seorang yang dikenal dengan strategi perangnya. Arief kemudian mengadopsinya menjadi tiga kunci utama, yakni kenali dunia, kenali musuhmu, dan kenali pelangganmu. Musuh dalam konteks ini tentu adalah para pesaing di bidang pariwisata.
Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
15th UNWTO Award sudah dibuka, kali ini "inovasi dan keberlanjutan dalam pariwisata" masih menjadi misi utama. Hal ini tentu berhubungan dengan target agenda UN mengenai pengembangan pariwisata dunia yang kompetitif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan pada tahun 2030.
Lantas apa yang dipersiapkan Indonesia untuk kembali berkompetisi dalam ajang yang akan ditutup pada 31 Oktober 2018 ini?
Menteri Arief, dalam tulisannya berjudul "Sustainable Tourism Development: semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan" yang diunggal pada laman kemenpar.go.id, mengurai strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Arief mengungkapkan bahwa Kemenpar telah mengembangkan Sustainable Tourism Development (STD) dengan membentuk Sustainable Tourism Observatory (STO), program STO kedua di Asia setelah Tiongkok. Tujuannya adalah agar pihak pelaksana destinasi wisata mendapatkan pendampingan yang tepat. Pada akhirnya pariwisata akan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Baca juga: Baca Juga : Daftar 20 Negara Termalas di Dunia Versi WHO, Indonesia Termasuk?
"Pendampingan ini diharapkan agar kemanfaatannya itu bisa terus berlangsung dan dijaga," tulis Arief.
Lebih lanjut Arief menjelaskan bahwa program ini sejalan dengan program UNWTO, di mana saat ini ada 18 destinasi pariwisata internasional telah terdaftar sebagai lokasi STO di UNWTO. Dari 18 destinasi wisata ini, 5 di antaranya berasal dari Indonesia, yakni Pangandaran (Jabar), Sleman (DIY), Sesaot Lombok (NTB), Samosir/Danau Toba (Sumut), dan Sanur (Bali).
Agar program ini dapat menjadi program pengembangan yang berkelanjutan, Kemenpar kemudian menggandeng beberapa universitas setempat.
Usaha ini mulai membuahkan hasil, bahkan Arief menyebut hal ini sebagai prospek cerah. Lima STO di atas berhasil menarik jumlah wisatawan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sebelumnya. Sleman contohnya, desa wisata Pulesari pada tahun 2016 berhasil menarik 52.947 wisatawan. Sedangkan desa ekowisata Pancoh berhasil menarik 2.784 wisatawan. Keduanya kemudian menyumbangkan pendapatan lebih dari 3 miliar rupiah.
Baca juga: Baca Juga : Kompas Travel Fair Kembali Hadir untuk Puaskan 'Dahaga' Traveler
Keberhasilan ini tidak terlepas dari penduduk lokal sebagai pengelolanya, dan usaha pendampingan yang diberikan oleh Kemenpar.
Dengan berbagai usaha ini, mungkin saja bila Indonesia kembali meraih podium pada 15th UNWTO Award. Namun satu hal yang tidak boleh dilupakan, semua ini tetap membutuhkan dukungan masyarakat Indonesia.
Source | : | Kemenpar |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR