"Aldi mengatakan dia sangat ketakutan dan sering menangis," kata Fajar Firdaus, diplomat lain dari konsulat di Osaka.
Sampai akhirnya sebuah kapal dengan bendera Panama, Arpeggio, menyelamatkannya di perairan Guam pada tanggal 31 Agustus. Mulanya, awak kapal tidak melihat Aldi, kemudian Aldi menyalakan radionya ke frekuensi di mana temannya pernah mengatakan bila frekuensi tersebut dapat digunakan seandainya ia melihat sebuah kapal besar.
Untungnya, kapten kapal menangkap sinyalnya dan menyadari ada seseorang meminta bantuan. Sehingga dia langsung berbalik,” kata Mirza.
Baca Juga : Konflik Manusia dan Beruang Meningkat di Alaska, Apa Penyebabnya?
Tingginya ombak hari itu membuat kapal Arpeggio kesulitan untuk mendekati Aldi. Setelah berputar-putar selama empat kali, awak kapal kemudian melemparkan tali untuk membantunya naik, namun tali tidak mencapai rakit. Sehingga Aldi memutuskan untuk turun ke laut dan mengambil tali, meskipun sempat kesulitan karena ombak dan angin mengguncangnya.
Karena sudah berminggu-minggu di laut, Aldi sudah sangat lemah dan hampir tidak dapat mencapai tali tersebut. Namun beruntung awak kapal berhasil menangkap tangan Aldi.
Awak kapal Arpeggio langsung memberi Aldi handuk dan makanan darurat. Setelah itu, mereka memberinya pakaian dan makanan segar. Bahkan koki kapal memotong rambut Aldi yang terlihat sudah panjang.
Kapten kapal segera menghubungi penjaga pantai Guam. Saat itu kapal sedang dalam perjalanan menuju Jepang, maka penjaga pantai Guam mengatakan kepada kapten kapal untuk membawa Aldi ke Tokuyama, Jepang.
Mirza menambahkan bahwa Aldi sulit untuk mencapai daratan karena Aldi bukan berada di perahu yang di mana tidak ada dayung atau mesin penggerak kapal.
Pada hari yang sama, pihak berwenang Jepang menghubungi konsulat jenderal Indonesia. Mereka segera mencari keluarga Aldi dan menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk kepulangannya ke Indonesia.
"Kami berkoordinasi dengan otoritas pengiriman di Jepang, kapten kapal, penjaga pantai Jepang dan pihak imigrasi," ujar Mirza.
Akhirnya kapal Arpeggio berlabuh di Jepang pada 6 September pukul 3 sore. Aldi pun diserahkan kepada pihak berwenang. Namun ia tidak bisa langsung kembali ke Indonesia. Dirinya harus dikarantina karena alasan kesehatan.
Source | : | The Jakarta Post |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR