Pada awalnya, para astronom menganggap apa yang dilihatnya merupakan badai raksasa, tetapi ternyata tidak demikian.
Perlu diketahui bahwa metana dapat membentuk berbagai cuaca. Metana yang berada di Titan menguap dan berkondensasi membentuk awan, dan setelah itu turun sebagai hujan. Siklus tersebut terus berulang.
Di Titan, cuaca juga berubah menurut musim. Ketika Matahari di ekuator Mars, (saat ekuinok) awan raksasa akan terbentuk pada area tropis dan menghasilkan badai metana.
Awan hujan yang awalnya tidak berbahaya justru dapat menjadi badai yang mengerikan. Peristiwa inilah yang dilihat oleh para astronom saat Cassini berada di Titan pada tahun 2009.
Saat diselidiki lebih jauh, awan tersebut tampak terlalu dekat ke permukaan. Bila itu memang awan, seharusnya ketinggiannya lebih dari 10 km. Selain dekat pada permukaan, potongan yang terang pada citra tampak seperti lapisan tipis atau partikel organik yang sangat kecil dan padat.
Jika dilihat dari lokasinya di mana seluruh area di Titan adalah bukit pasir, maka bisa dipastikan yang dilihatnya adalah badai debu.
Menurut para astronom, sebelum terjadi badai dahsyat di Titan, angin kuat berembus dan menyapu pasir yang berada di perbukitan sehingga membentuk awan raksasa. Penemuan ini bisa menunjukan bahwa Titan semakin mirip dengan Bumi.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Langit Selatan |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR