Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian dari University of East Anglia mennyebutkan bahwa perubahan iklim dapat menjadi ancaman bagi kesuburan pria.
Dalam studi yang dipublikasikan pada jurnal Nature Communications, gelombang panas tidak hanya merusak sperma serangga, tetapi juga manusia.
Prof Matt Gage, pemimpin penelitian, mengatakan bahwa sperma menjadi sensitif ketika berada di lingkungan yang panas. Cuaca ekstrem seperti gelombang panas juga dapat menyebabkan kepunahan akibat perubahan suhu yang terlalu kuat. Pada akhirnya, perubahan iklim akan berdampak pada populasi manusia.
"Fungsi sperma sangat penting untuk reproduksi dan kelangsungan hidup manusia. Temuan ini menambah penjelasan mengapa populasi manusia maupun keanekaragaman hayati terancam akibat perubahan iklim," katanya.
Baca Juga : Peristiwa Unik, Hyena dan Macan Tutul Berbagi Mangsa Hasil Buruan
Peneliti melakukan eksperimen dengan menggunakan hewan kumbang tepung merah atau Tribolium castaneum untuk melihat efek dari gelombang panas terhadap kualitas sperma.
Kumbang-kumbang tersebut dipaparkan gelombang panas dengan suhu 5-7 derajat celcius di atas optimal termal mereka, selama lima hari.
Hasilnya menunjukkan, gelombang panas mengurangi separuh dari jumlah keturunan yang dapat dihasilkan oleh laki-laki. Sebaliknya, perempuan tidak akan terpengaruh dengan kondisi gelombang panas.
Berkurangnya 3/4 produksi sperma membuatnya mati sebelum pembuahan.
Baca Juga : Kamera Drone Berhasil Mengungkap 'Penjara' yang Menangkap 100 Paus
Kirs Sales, salah satu tim peneliti mengatakan bahwa gelombang panas dapat mengurangi kualitas reproduksi pada laki-laki. Tidak hanya itu, gelombang panas juga dapat berdampak pada perilaku seksual mereka.
Selain itu, hasil penelitian mengungkapkan bahwa suhu panas dapat menghasilkan keturunan yang lebih sedikit dan usia yang pendek.
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR