"Program Ugadi ini merupakan budidaya udang galah dan padi yang dilakukan secara terpadu dalam meningkatkan produktivitas lahan sawah," jelas Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Subiakto, dalam acara panen raya udang galah di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (21/4).
Dalam melaksanakan Program Ugadi, BBPBAT menggunakan salah satu varietas padi hasil dari pengembangan dari Kementerian Pertanian yang tahan terhadap rendaman air. Dalam kesempatan tersebut, Slamet menyatakan apresiasi atas keberhasilan BBPBAT Sukabumi karena telah berhasil mengembangkan program Ugadi yang bernilai ekonomi tinggi. "Keunggulan program ini yaitu tanpa harus memperluas lahan sawah," ujarnya.
Lahan seluas satu hektare disebutnya dapat menghasilkan 800 kg padi dan 150 kg udang galah. Selain itu, keunggulan lain adalah jarak rentang waktu panen antara udang dan padi yang berdekatan yakni, 90 hari untuk udang dan panen padi 100 hari. "Diharapkan, dengan rentang waktu yang berdekatan itu dapat meningkatkan penghasilan petani dan petambak sebanyak dua kali lipat," lanjut Slamet.
Menurut Slamet, program ini sangat tepat untuk diaplikasikan bagi para petani. Dikarenakan udang galah (Macrobrachium Rosenbergii de Man) merupakan komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ia mengungkapkan pula, proyek percontohan sementara difokuskan di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Cisaat, Sukabumi, Subang, Sukaraja.
Saat ini untuk udang galah, pasokan pasar dalam negeri masih kurang, permintaan di Jakarta sebanyak 2 ton per hari dan secara nasional total komoditi udang galah 10-20 ton. KKP menargetkan produksi udang tahun ini sekitar 450 ribu ton, sementara capaian tahun lalu sebesar 372.000 ton.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR