Nationalgeographic.co.id - Menurut sebuah laporan terbaru, lebih dari setengah kehidupan alam liar di dunia akan mengalami kepunahan pada akhir abad jika tidak ada upaya untuk mengatasi perubahan iklim.
Studi yang dilakukan oleh peneliti dari World Wildlife Fund, University of East Anglia, dan James Cook University, memperingatkan, kenaikan suhu bisa berdampak buruk pada beberapa wilayah seperti hutan Amazon, pulau Galapagos, Madagaskar, pantai Eropa dan Karibia.
Para peneliti menguji dampak perubahan iklim pada 80 ribu spesies tanaman dan hewan di 35 wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Baca juga: Benarkah Manusia Hanya Memakai 10 Persen dari Kemampuan Otaknya?
Mereka mengeksplor tiga perubahan iklim di masa depan: kenaikan suhu 2C, 3,2C dan 4,5C.
Hasilnya menunjukkan, kenaikan suhu sebanyak 4,5 derajat celsius memiliki pengaruh buruk pada tanaman dan hewan. Amazon akan kehilangan 69% spesies tumbuhannya. Dan kenaikan suhu 3,2C akan memusnahkan 50% spesies hewan di Amazon.
Studi ini juga menyatakan bahwa kenaikan suhu dan fenomena terkait seperti cuaca yang tidak menentu akan membawa bencana. Secara signifikan mengurangi curah hujan di Mediterania, Madagaskar, dan Cerrado-Pantanal di Argentina.
Hal tersebut memberikan masalah pada pasokan air gajah Afrika yang perlu minum sekitar 150-300 liter air dalam sehari.
Naiknya permukaan air laut juga bisa menenggelamkan tempat berkembang biak harimau di Sundarbans – hutan bakau terbesar di dunia yang berlokasi di garis pantai India dan Bangladesh.
Profesor Rachel Warren, pemimpin penelitian, mengatakan: “Kami mempelajari 80 ribu spesies tumbuhan, mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Kami menemukan bahwa 50% spesies tersebur bisa punah dari area tersebut apabila tidak ada kebijakan iklim.”
Baca juga: NASA Simpan Ratusan Kilogram Batu dari Bulan, Untuk Apakah?
Tanya Steele, pemimpin eksekutif WWF mengatakan, tempat seperti Amazon dan Galapagos mungkin tidak akan dikenali lagi oleh generasi mendatang karena separuh populasi yang tinggal di sana sudah punah akibat perubahan iklim.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR