Paus Orca Memiliki Kepribadian yang Sama dengan Manusia dan Simpanse

By Nesa Alicia, Selasa, 29 Januari 2019 | 10:00 WIB
Paus orca atau paus pembunuh (dpruter)

Nationalgeographic.co.id - Paus pembunuh atau paus orca menunjukan adanya persamaan kepribadian dengan manusia dan simpanse

Dalam sebuah makalah yang terbit dalam jurnal Comparative Psychology, kesamaan yang dimiliki oleh paus dengan manusia dan simpanse adalah kasih sayang dan keceriaan. 

Para peneliti dari Universitas Girona, Spayol menganalisis kepribadian 24 paus pembunuh di penangkaran di SeaWorld Orlando, SeaWorld San Diego, dan kebun binatang Loro Parque di Tenerife, Spanyol.

Baca Juga : Setelah Sepuluh Tahun, Makam Firaun Tutankhamun Selesai Direstorasi

Enam diantaranya ditangkap di alam liar sementara lainnya lahir di penangkaran.

Untuk menilai kepribadian mereka, para peneliti meminta bantuan pelatih dan para staf yang mengurus paus pembunuh untuk mengisi survei penilaian berisikan 38 daftar kepribadian, seperti kepekaan, keberanian, kemandirian dan perlindungan. 

Para peneliti kemudian membandingkan hasil survei ini dengan penelitian sebelumnya yang menganalisis kepribadian pada manusia dan simpanse. 

Sebagai bagian dari analisis, para peneliti menggunakan ukuran kepribadian umum yang disebut sebagai model lima faktor kepribadian atau model lima besar, yang mencakup extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience.

Temuan ini menunjukan bahwa paus memiliki kepribadian yang mirip dengan manusia dan simpanse, meskipun lebih mirip dengan simpanse. 

Sebagai contoh, paus pembunuh memiliki sifat extraversion, yang membuatnya menjadi senang berteman, bermain, dan mudah bergaul. 

Tidak hanya itu, paus pembunuh dan simpanse juga memiliki kepribadian conscientiousness, yaitu keras kepala dan protektif. Keduanya juga memiliki kepribadian agreeableness, yakni kedamaian dan tidak mengintimidasi. 

"Ini adalah studi pertama yang meneliti ciri-ciri kepribadian paus pembunuh dan bagaimana mereka berhubungan dengan manusia dan primata lainnya," kata Yulán Úbeda, penulis utama studi tersebut dari Girona, melansir Newsweek, Rabu (28/1/2019).