Pentingnya Penanganan Dini Terhadap Ide Bunuh Diri pada Remaja

By National Geographic Indonesia, Kamis, 17 Januari 2019 | 11:24 WIB
Ilustrasi depresi pada pada remaja. (RyanKing999/Getty Images/iStockphoto)

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa depresi, ide-ide bunuh diri dan tindakan bunuh diri merupakan masalah yang serius dan perlu ditangani dengan optimal. Riset-riset mengenai depresi pada remaja di Indonesia belum banyak dilakukan terutama yang berkaitan dengan penyebab atau latar belakang terjadinya gangguan depresi atau bunuh diri pada remaja.

Namun dapat saya katakan bahwa terjadinya gangguan depresi pada remaja merupakan suatu interaksi yang kompleks antara faktor biologis (otak) dan faktor psikososial.

Penanganan depresi

Penanganan depresi pada remaja pada umumnya dengan pendekatan biopsikososial yang meliputi psikoedukasi, psikoterapi individual dan keluarga serta pemberian obat golongan antidepresan.

Baca Juga : Hewan Laut Mengira Sampah Plastik Sebagai Makanan, Mengapa?

Pada remaja dengan depresi ringan pada umumnya diberikan psikoedukasi kepada orangtua terkait dengan gejala dan intervensi depresi yang ada dan latar belakang terjadi depresi pada remaja. Langkah ini untuk membantu orangtua untuk memahami dinamika remaja dengan menelusuri perkembangan remaja secara spesifik sehingga bisa menjalin relasi emosi yang lebih tepat.

Beberapa gejala depresi dapat terlihat dengan mudah. (Favor_of_God/Getty Images/iStockphoto)

Sedangkan intervensi pada remaja yang mengalami depresi ringan pada umumnya diberikan psikoterapi suportif yaitu mendukung maturitas (kematangan) perkembangan ego remaja dengan memberikan berbagai gambaran dan pemikiran yang lebih positif terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Modifikasi lingkungan juga dapat dimanfaatkan dalam membantu mengurangi gejala depresi pada remaja, misalnya menurunkan ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dengan menciptakan lingkungan keluarga yang lebih kondusif.

Dalam proses tata laksana tersebut, sesi pertemuan dapat dilakukan beberapa kali sampai remaja dapat mengatasi perasaannya dan gejala depresinya mereda.

Selain itu, remaja juga dibimbing untuk mendapatkan pola keterampilan adaptasi yang lebih tepat dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan sehingga mampu mengatasi berbagai tantangan kehidupan pada masa depan. Psikoterapi suportif juga membantu remaja untuk melakukan refleksi sehingga bisa belajar dari berbagai pengalaman masa lalu untuk menyusun berbagai strategi penyesuaian diri yang lebih baik pada masa depan.

Jika depresi berkembang menjadi lebih berat maka tata laksana yang diberikan juga meliputi obat golongan antidepresan dan psikoterapi yang lebih bersifat re-edukatif berupa terapi kognitif-perilaku. Obat golongan antidepresan dapat membantu mengurangi gejala depresi oleh karena cara kerja obat yang lebih selektif pada neurokimiawi otak yaitu serotonin, dopamine dan juga nor-epinefrin.

Obat antidepresan dianjurkan untuk dikomsumsi selama 6–12 bulan untuk mengurangi frekuensi kambuhan yang mungkin terjadi. Obat golongan tersebut pada umumnya tidak menimbulkan ketergantungan tapi dikatakan memiliki beberapa efek yang tidak menyenangkan misalnya mual, perasaan tidak nyaman di lambung serta sakit kepala dan beberapa gejala lain dengan persentase yang kecil. Namun gejala-gejala tersebut hanya bersifat sementara dan menghilang dalam beberapa hari setelah obat dikonsumsi.