Tempat Terbaik Bagi Warga Kulit Hitam Afrika Amerika

By Rahmad Azhar Hutomo, Kamis, 21 Februari 2019 | 10:25 WIB
Alumni organisasi sosial Alpha Phi Alpha di Clark Atlanta University menyambut anggota baru (kiri) organisasi huruf Yunani tertua untuk kaum Amerika Afrika, yang dianggotai oleh Frederick Douglass, W.E.B. Du Bois, dan Martin Luther King, Jr. (Nina Robinson)

Maura Chanz Washington, lulusan 2015 dari Spelman College, kembali ke kampus untuk memperingati Hari Pendiri, 11 April 1881. Ini salah satu hari yang paling dirayakan dalam tahun akademis di universitas putri ini. (Nina Robinson )

Kini mahasiswa di Morehouse dan Spelman dipandang banyak orang sebagai teladan masyarakat kulit hitam, terbaik dan terpintar, yang memilih universitas tersebut meskipun mampu masuk ke universitas bergengsi lain yang tak mungkin bisa dimasuki generasi Amerika kulit hitam sebelumnya.

Ini bukan kebetulan. Akhir-akhir ini banyak mahasiswa kulit hitam yang beralih ke HBCU karena merasa bahwa kenyamanan, keamanan, dan kemanusiaan mereka sedang diserang. Pendaftaran di banyak HBCU, yang melonjak pada 2016 dan 2017, tidak terpisahkan dari kecemasan mahasiswa tentang dunia yang tampaknya selalu merendahkan nilai diri dan kemanusiaan mereka. Ancaman ini memicu kebangkitan politik di universitas-universitas yang memiliki tradisi aktivisme yang panjang.

Morehouse mula-mula didirikan di Augusta, Georgia, sebagai Augusta Theological Institute pada 1867, salah satu dari beberapa universitas kulit hitam yang didirikan tahun itu. Saat itu adalah masa-masa awal suatu bangsa yang sedang berusaha sembuh dan mencipta-ulang dirinya, suatu negara yang menghadapi proyek besar pembentukan demokrasi multiras hanya beberapa tahun setelah menghapuskan perbudakan lebih dari empat juta warga kulit hitamnya.

Baca Juga : Hati-hati, Makanan dan Minuman Ini Dapat Memicu Penyakit Kanker

Kampusnya sekarang terletak di salah satu tempat pertempuran antara Jenderal William T. Sherman dan tentaranya dengan pasukan Konfederasi dalam pengepungan Atlanta 1864. Pendeta Martin Luther King, Jr., termasuk alumni terpandang dari universitas khusus putra ini.

Spelman dimulai di ruang bawah tanah gereja pada 1881 sebagai Atlanta Baptist Female Seminary, dirintis dua guru dari Massachusetts, Harriet E. Giles dan Sophia B. Packard, yang ingin mendirikan universitas perempuan kulit hitam setelah Rekonstruksi (penghapusan perbudakan di selatan AS setelah perang sipil). Spelman memiliki tingkat kelulusan tertinggi di antara lebih dari seratus universitas kulit hitam historis di AS, dan termasuk perguruan tinggi seni liberal terbaik di AS. Universitas ini termasuk segelintir universitas yang ditetapkan National Science Foundation dan NASA sebagai Lembaga Unggul Teladan yang mendorong pendidikan S-1 sains dan matematika. Alumninya termasuk novelis peraih Hadiah Pulitzer Alice Walker dan Marian Wright Edelman, pendiri Children’s Defense Fund.

Saya bertemu dengan Avery Jackson di luar pujasera di kampus Morehouse. Dia tinggi semampai, dan alisnya melengkung di tepi sehingga memberi kesan selalu bertanya. Dia kalem dan serius saat berbicara, memadukan ketajaman dan arus pikiran yang tak henti mengalir—memproses gagasan seraya mengucapkannya. Rambut di kedua sisi kepalanya dicukur habis, menyisakan dreadlock hitam pendek di atas kepala. Lubang hidung kirinya dihiasi cincin perak kecil, dan lengan kirinya bergambar gugus tato tinta hitam. Dia mengenakan kaus ikat celup warna hijau dengan kata-kata “KNOW THY SELF,” cocok untuk pemuda yang sedang berusaha memahami dirinya selama berada di Morehouse.

Pemimpin badan eksekutif mahasiswa di Morehouse College, John Cooper dan Kamren Rollins, melukis tanda di kampus untuk memicu perbincangan tentang kata-N. Mahasiswa lain lewat mengenakan kaus yang dihiasi gambar mendiang seniman rap Tupac Shakur, yang sering menggunakan kata itu dalam liriknya. (Radcliffe “ruddy” Roye)

Kini mahasiswa sosiologi tingkat empat, Jackson dibesarkan di Des Moines, Iowa. Orang tuanya berupaya agar dominasi kulit putih di sekolahnya di sana tidak memengaruhi nilai-nilai yang dianut keempat putra mereka. “Ibu saya ingin kami merasa standar atau normal, tidak merasa seperti kami berada di tempat yang salah,” katanya.

Di SMA, Jackson menjadi anggota dewan pemuda NAACP. Tetapi, setelah kematian Trayvon Martin tahun 2012, yaitu pemuda 17 tahun berkulit hitam tidak bersenjata yang dibunuh di Florida oleh relawan siskamling ketika dia berjalan pulang dari membeli kudapan di toko swalayan, Jackson merasa kecewa oleh tanggapan yang menurutnya tidak memadai untuk peristiwa tersebut.

Jackson saat itu sedang menghadiri konferensi nasional NAACP tidak jauh dari situ, di Orlando. Setelah penembakan, beberapa pemimpin organisasi itu, menurut Jackson, berusaha mencegah para anggota muda meninggalkan hotel konferensi untuk berunjuk rasa, menyatakan mereka sebaiknya tidak turun ke jalan. “Itu… salah satu detik pergeseran yang sangat-sangat besar bagi saya,” katanya. Di Morehouse dia tetap terlibat di NAACP, tetapi akhirnya dia keluar dari organisasi itu untuk mencari aktivisme yang lebih agresif.