"Pasti ada perbedaan yang mendasar, sekarang jauh lebih bebas. Dulu saya punya sekolah bisa (didirikan) di bawah perusahaan ini (MAF Aviation), tapi di imigrasi kalau kita dapat visa itu tidak bisa bekerja untuk dunia pendidikan. Memang saya bisa mendorong untuk bentuk yayasan tapi untuk bisa bebas bergerak dalam pendidikan atau kesehatan itu tidak bisa," katanya.
Ketika ditanya sampai kapan ia akan bekerja untuk Papua, Wally menjawab, "Saya sudah jadi orang Indonesia, jadi sampai Tuhan memanggil saya".
Kecintaannya kepada Papua pernah ia buktikan ketika menolak tawaran dari kantor pusat MAF Aviation untuk menjadi Kepala MAF Indonesia. Hal itu ia lakukan, karena jika ia menerima tawaran tersebut, maka ia harus tinggal di Jakarta.
Namun sekitar 2005, keinginannya dikabulkan, yaitu menjadi Kepala MAF Indonesia dengan berkantor di Jayapura. Ia pun memegang jabatan tersebut selama 10 tahun.
Keputusan Menjadi WNI Didukung Keluarga
Wally datang ke Papua sejak 1977, namun keinginanya untuk menjadi WNI muncul 34 tahun setelahnya atau pada tahun 2011.
Keputusan tersebut mendapat dukungan penuh dari sang istri, Jhon Wiley dan kedua anaknya Josenda Jacinda dan Jared.
Meski keluarganya tidak mengikuti jejaknya, namun Wally melihat ada kemungkinan hal tersebut akan terjadi.
Baca Juga: Mengapa Kadal di Papua Nugini Memiliki Darah Berwarna Hijau?