Kisah Prabowo Berbicara dengan Semut, Berkomunikasi Kepada Satwa Bisa Dipelajari Secara Ilmiah

By Trisna Wulandari, Sabtu, 8 Juni 2019 | 12:55 WIB
Rusa di Taman Safari Indonesia II Prigen. (Lutfi Fauziah)

Gajah dan anaknya--akan lebih mudah menyelamatkannya dari kepunahan jika kita dapat mengetahui yang dia rasakan (Casey Allen/Unsplash)

Dari situ kemudian Rajanti menyarankan kepala tim pemindahan gajah agar para mahout dan gajah diistirahatkan seharian penuh.

Rupanya, setelah tim memutuskan mengistirahatkan para mahout dua hari penuh, para gajah berjalan mulus mendekati lokasi baru rumahnya di hutan.

Lain waktu, Rajanti pernah diminta kliennya untuk memeriksa kelinci yang mogok makan.

Lewat mind power, ia kemudian tahu bahwa sang kelinci ternyata enggan makan karena dipindahkan ke kandang baru, yang meskipun bagus, ternyata berbau cat.

Rajanti pun menyarankan kliennya agar si kelinci dikembalikan ke kandangnya yang biasa, sambil membujuk si kelinci agar mau makan lagi.

Baca Juga: Di Tengah Ancaman Kepunahan, Ini Foto-foto Menakjubkan Satwa Liar di Habitatnya

Diana sangat menyukai binatang. Dia tumbuh bersama anjing, kucing, hamster, dan kelinci. (Spen/AL/Camera Press/Redux)

Alhasil, si kelinci langsung mau makan.

"Ini bukan klenik, mind power adalah murni kemampuan otak kanan manusia yang luar biasa hebat, kita semua bisa,” ujar Rajanti.

Rajanti menuturkan, mind power merupakan kekuatan otak kanan kita untuk menyelami apa yang dirasakan atau dipikirkan makhluk hidup di sekitar kita lewat gelombang otak alfa dan tetha.

Di gelombang ini, ia menuturkan, manusia dapat “menarik data” dari manusia atau hewan yang tidak mengungkapkan perasaannya dan pemikirannya secara verbal.

Rajanti menuturkan, manusia bisa berada di gelombang ini saat rileks dan memusatkan pikiran untuk “mengundang” subjek yang ingin diketahui perasaan dan pemikirannya.

Baca Juga: Pembukaan Tambang Emas di Hutan Beutong Mengancam Habitat Satwa Langka