Kisah Prabowo Berbicara dengan Semut, Berkomunikasi Kepada Satwa Bisa Dipelajari Secara Ilmiah

By Trisna Wulandari, Sabtu, 8 Juni 2019 | 12:55 WIB
Rusa di Taman Safari Indonesia II Prigen. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id - Mampukah manusia berbicara dengan satwa yang ada di sekitar peradaban? Rupanya kemampuan komunikasi dengan satwa dapat dipelajari oleh manusia.

Ada satu cerita menarik dalam keseharian Prabowo Subianto, tokoh nasional dan calon presiden dalam Pemilihan Umum Republik Indonesia 2019. Cerita ini bermula dari asisten pribadi Prabowo, Rizky Irmansyah, yang menyebut capres 02 itu dapat berkomunikasi dengan satwa.

Publik mengetahui cerita itu manakala terdapat materi unggahan akun Instagram pribadi beralamat @rizky_irmansyah (25/4), Rizky menceritakan pengalamannya melihat Prabowo berkomunikasi dengan hewan.

Cerita itu di antaranya menyebut pada suatu ketika saat sarapan pagi, salmon yang akan dimakan Prabowo dikerubuti semut.

Secara refleks, Rizky mengambil salmon itu untuk digantinya dengan salmon yang baru.

Prabowo mencegahnya, kemudian mengambil piring salmon yang dikerubuti oleh semut-semut tadi.

Baca Juga: Kerang dan Salmon Paling Rentan Terdampak Perubahan Iklim

Kerumunan semut di dalam jeruk mandarin. (Lutfi Fauziah)

Ia kemudian berkata “Semut, saya mau makan, tolong kamu jangan di sini.”

Piring salmon itu kemudian diletakkan persis di meja kecil di sebelah kursinya.

Rupanya, kurang dari 1 menit, salmon itu bersih dari semut.

Kemampuan berkomunikasi dengan hewan, menurut drh. Rajanti Fitriani, bisa dilakukan semua manusia. Caranya pun dapat dipelajari secara ilmiah.

Jika manusia dapat melakukannya dengan tepat, kita dapat memahami yang dirasakan hewan, sehingga menjaganya dari sakit dan kepunahan.

Baca Juga: Sempat Berkeliaran di Inggris, Satwa Ini Memancing Rasa Ingin Tahu

Penangkaran rusa di Ranca Upas. (Mulawardi Sutanto/Fotokita.net)

Dokter hewan pemilik klinik hewan Rajanti and Friend, Tangerang Selatan ini juga dapat berkomunikasi dengan hewan dan berprofesi sebagai animal communicator.

Salah satu pengalamannya berkomunikasi dengan hewan yakni saat dimintai bantuan mencari tahu sebab kematian dari beberapa rusa yang dikirim dari Istana Bogor ke Stadion Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, tempat penyelenggaraan Asian Games 2018.

Bersama dengan anggota timnya, yakni drh. Chika dan drh. Caroline, Rajanti berangkat ke Palembang. Rusa yang merupakan hewan hibah ini adalah jenis rusa totol (Axis axis) yang bukan binatang asli Indonesia.

Hewan ini didatangkan oleh Sir Thomas Standford Raffles dari India ke Istana Bogor tahun 1814.

Rusa yang hidup liar di alam merupakan daya tarik yang disiapkan oleh pemerintah daerah setempat.

gajah dan kawanan singa. (JohnCarnemolla/Getty Images/iStockphoto)

Hewan ini memiliki tingkat stress yang tinggi.

Rajanti menggunakan metode mind power untuk masuk ke gelombang alfa otak, tempat ia bisa berkomunikasi dengan rusa yang memimpin kawanannya.

Dari situ ia kemudian mengetahui bahwa para rusa stres dibawa ke lingkungan baru.

Ada pula rusa yang stres karena terpisah dari anaknya.

Mengetahui hal tersebut, ia pun membujuk sang rusa agar tenang dan tidak perlu takut karena sudah tiba di tempat yang aman.

Baca Juga: Pria Ini Dibunuh Satwa Dilindungi yang Menjadi Hewan Peliharaannya

Keesokan harinya, kawanan rusa yang sebelumnya menjauh setiap ada manusia yang mendekati mereka, tidak lagi takut dan bahkan sudah berani makan buah dari tangan para dokter.

Kisah lainnya, saat Rajanti diminta mengecek kenapa gajah yang tengah dipindahkan dengan digiring berjalan dari satu hutan ke hutan lain bersikap agresif.

Jika gajah sedang agresif, ia dapat merusak bangunan yang dilewatinya.

Hal ini berisiko karena rute perpindahan gajah melewati pemukiman warga.

Dengan mind power, ia kemudian mengetahui bahwa kawanan gajah stres melihat mahout (penggembala gajah) stres karena kelelahan dan takut perjalanan tidak berjalan mulus.

Baca Juga: Kenali Panda, yang Menjadi Satwa Diplomatik Cina Kepada Rusia

Gajah dan anaknya--akan lebih mudah menyelamatkannya dari kepunahan jika kita dapat mengetahui yang dia rasakan (Casey Allen/Unsplash)

Dari situ kemudian Rajanti menyarankan kepala tim pemindahan gajah agar para mahout dan gajah diistirahatkan seharian penuh.

Rupanya, setelah tim memutuskan mengistirahatkan para mahout dua hari penuh, para gajah berjalan mulus mendekati lokasi baru rumahnya di hutan.

Lain waktu, Rajanti pernah diminta kliennya untuk memeriksa kelinci yang mogok makan.

Lewat mind power, ia kemudian tahu bahwa sang kelinci ternyata enggan makan karena dipindahkan ke kandang baru, yang meskipun bagus, ternyata berbau cat.

Rajanti pun menyarankan kliennya agar si kelinci dikembalikan ke kandangnya yang biasa, sambil membujuk si kelinci agar mau makan lagi.

Baca Juga: Di Tengah Ancaman Kepunahan, Ini Foto-foto Menakjubkan Satwa Liar di Habitatnya

Diana sangat menyukai binatang. Dia tumbuh bersama anjing, kucing, hamster, dan kelinci. (Spen/AL/Camera Press/Redux)

Alhasil, si kelinci langsung mau makan.

"Ini bukan klenik, mind power adalah murni kemampuan otak kanan manusia yang luar biasa hebat, kita semua bisa,” ujar Rajanti.

Rajanti menuturkan, mind power merupakan kekuatan otak kanan kita untuk menyelami apa yang dirasakan atau dipikirkan makhluk hidup di sekitar kita lewat gelombang otak alfa dan tetha.

Di gelombang ini, ia menuturkan, manusia dapat “menarik data” dari manusia atau hewan yang tidak mengungkapkan perasaannya dan pemikirannya secara verbal.

Rajanti menuturkan, manusia bisa berada di gelombang ini saat rileks dan memusatkan pikiran untuk “mengundang” subjek yang ingin diketahui perasaan dan pemikirannya.

Baca Juga: Pembukaan Tambang Emas di Hutan Beutong Mengancam Habitat Satwa Langka

Mahout merawat 26 gajah Asia yang terancam punah. (Gita Laras Widyaningrum)

“Posisi saat lagi di alfa dan tetha tuh sesaat sebelum kita ketiduran,”  katanya.

Di gelombang alfa, vision yang terlihat biasanya adalah situasi saat ini.

Sementara itu, di gelombang tetha, vision yang terlihat terentang lebih luas, mulai dari masa lalu, sampai kemungkinan yang terjadi di masa depan.

Di sinilah mind power dapat berfungsi membantu kita memahami apa yang dirasakan hewan atau orang yang kita lihat.

Kita bisa membaca emosinya, atau juga merasakan sakit yang mungkin mereka idap di bagian tubuh kita.

Baca Juga: WWF: Populasi Satwa Liar Menurun 60% Dalam 40 Tahun Terakhir 

Seberapa detail “data yang ditarik” dari gelombang alfa biasanya amat bergantung pada seberapa detail kita melihat sesuatu.

Bila sudah terbiasa menggunakan mind power, kita juga bisa memberi pengaruh positif pada si subjek.

Contoh, saat Rajanti “melihat” salah satu gajah dalam pikirannya.

Dalam pikirannya, sang gajah memperlihatkan kebingungannya dan kekesalannya pada mahout yang terlihat tertekan dan tidak bisa dipercaya.

Gajah ini merasa mungkin sang mahout berniat buruk padanya.

Baca Juga: Bukan Dibunuh, Kelompok Manusia Purba Ini Punah Karena Tidak Subur

Dijaga oleh para mahout, gajah-gajah ini menyelesaikan acara mandi pagi di Sungai Mae Taeng River di (Zika Zakiya)

Sambil tetap berfokus pada sang gajah, Rajanti membujuknya untuk memercayai sang mahout dan menjelaskan maksud baik kepindahan mereka ke taman nasional.

Ia menuturkan, pengaruh positif ini akan sampai pada mereka, sehingga jika mahout juga dapat memperbaiki kesalahpahaman yang ditangkap gajah, mereka bisa berpindah dengan lancar.

Semua manusia, Rajanti berpendapat, pada dasarnya lahir dengan kemampuan untuk menggunakan mind power.

Namun, kemampuan ini seringkali tidak diasah, dan ditinggalkan seiring berkembangnya kemampua berbicara.

Di samping itu, otak kiri manusia yang menggunakan logika dan perhitungan matematis membuat kita merasa kemampuan ini hanya dimiliki orang indigo atau memiliki indera keenam.

Baca Juga: Tak Mampu Fotosintesis, Tanaman Parasit nan Cerdas Ini Punya Strategi yang Mengagumkan

“Orang yang gifted memang bisa lebih cepat menggunakan mind power, namun orang biasa pun bisa,” kata Rajanti.

Jajal Tarik Data di Gelombang Alfa

Untuk masuk ke gelombang alfa, kita dapat mulai dengan duduk di posisi yang nyaman, mengesampingkan emosi dan masalah dalam pikiran, sambil memejamkan mata.  

Jika sudah merasa rileks, coba aktifkan kelima panca indera kita agar mudah masuk ke gelombang alfa.

Untuk pemula, aktivasi panca indera bisa dimulai dengan membayangkan warna pelangi sebagai perwakilan warna-warna buah atau makanan

Misal, bayangkan merah adalah stroberi, jingga adalah jeruk, kuning adalah lemon, hijau adalah apel, biru adalah beri, nila adalah permen karet, ungu adalah anggur.

Baca Juga: Rupanya Thomas Raffles Bukanlah Penemu Rafflesia. Lantas Siapakah Penemu Sebenarnya?

Ingat rasanya satu persatu saat dipegang, dibaui, dijilat, dan dilihat.

Alternatifnya, aktivasi panca indera dengan membayangkan pergi ke laut atau gunung.

Rasakan angin atau hujan yang mengenai kulit kita, atau pasir yang menyelinap di sela jemari kaki.

Cobalah bayangkan aroma laut atau udara pegunungan yang segar.

Dari situ, bayangkan Anda pergi ke workshop milik Anda di dekat laut atau gunung.

Baca Juga: Juni, Waktu yang Pas Buat Lihat Pertunjukkan Jupiter di Angkasa Hanya dengan Teropong Biasa

Masuklah ke dalam ruang tamu workshop Anda.

Bayangkan Anda mengundang orang atau hewan yang ingin Anda ketahui perasaan dan pikirannya.

Bayangkan si subjek datang dengan kendaraan atau muncul di lift workshop Anda.

Jika si subjek datang, validasi dengan bertanya apakah itu memang dia.

Jika ya, ajak masuk ke ruang tamu workhshop Anda.

Baca Juga: Cenderung Dihindari, Ini Manfaat di Balik Obrolan Basa-Basi

Di sana, Anda bisa “menarik data” dengan mengamati gerak-geriknya atau menanyainya langsung.

Jika sudah selesai, antarkan ia ke pintu untuk pulang.

Setelah itu, berdirilah di bawah cahaya putih yang ada di dekat pintu Anda untuk “membersihkan diri”.

Lalu, “bangunkan” diri dengan membuka mata.

Tertarik mencoba?

Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul "Menyelami Hati Hewan dengan Kekuatan Otak Kanan".