Pilar terakhir, dengan Innovation, Danone-AQUA telah meluncurkan terobosan baru: yakni kemasan botol AQUA LIFE yang dibuat dari 100% PET daur ulang. Memiliki ukuran 1,1 liter, kemasan AQUA LIFE benar-benar berasal dari 100% plastik daur ulang dan 100% dapat didaur ulang kembali. Botol minuman ini juga tidak menggunakan label plastik atau dekorasi tambahan sama sekali sehingga ramah lingkungan dan menjadi salah satu inovasi dalam menciptakan Indonesia yang lebih bersih.
“AQUA LIFE adalah bukti kami sedang membangun sebuah ekosistem untuk menciptakan rangkaian produk yang berkelanjutan. Sampai dengan saat ini, 70% dari produk AQUA sudah berkelanjutan secara desain dan kami menargetkan untuk menjadi sepenuhnya sirkular pada 2025,” papar Karyanto.
Baca Juga: Langkah #BijakBerplastik, Aksi Peduli Lingkungan dengan Beragam Kegiatan Menarik
AQUA LIFE pertama kali diperkenalkan pada Oktober 2018 lalu, dalam acara Our Ocean Conference (OCC) di Bali. Selanjutnya, mulai Februari 2019, botol kemasan 100% daur ulang ini mulai didistribusikan di beberapa restauran, hotel, dan supermarket di Bali. Namun kini, selain di Bali, AQUA LIFE juga sudah bisa didapatkan di Jakarta.
Menurut Karyanto, pada dasarnya, plastik menjadi salah satu penemuan terpenting dalam sejarah manusia. Setiap aspek kehidupan pasti membutuhkan material tersebut sehingga kita tidak benar-benar bisa menghentikan penggunaannya.
“Bayangkan dunia tanpa plastik rasanya tidak mungkin. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengelola plastik sehingga tidak berakhir menjadi sampah. Ada banyak opsi untuk menanganinya, termasuk dengan daur ulang,” paparnya.
“Dengan #BijakBerplastik, Danone-AQUA ingin berkontribusi pada lingkungan. Saya melihat bahwa di masa depan, bisnis itu harus berujung kepada kebaikan, business for good. Memang sangat menantang, tapi ini sudah menjadi komitmen kami dalam mengatasi masalah sampah,” imbuh Karyanto.
Sejalan dengan konsep daur ulang, Jessica Hanafi, Founder Life Cycle Indonesia, menyarankan agar setiap individu menerapkan life cycle thinking. Artinya, saat melihat sebuah barang atau produk, kita harus tahu itu terbuat dari apa dan akhir hidupnya akan menjadi apa.
“Kita mesti tahu dari awal sampai akhirnya akan jadi apa. Dengan begitu, kita jadi berpikir perlu beli barang yang berpotensi menjadi sampah tersebut atau tidak. Yang pasti, harus dipikirkan dari produksi, distribusi, dan akhir hidupnya bagaimana,” paparnya.