Karhutla dan Bahayanya Bagi Flora Khas Sumatera dan Kalimantan

By National Geographic Indonesia, Selasa, 8 Oktober 2019 | 11:26 WIB
Kebakaran hutan di Palangkaraya. (Kurnia Tarigan/Kompas.com)

Nationalgeographic.co.id - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan beberapa waktu lalu berdampak serius pada ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Tercatat ada 9.956 jumlah total jenis tumbuhan di Kalimantan dan 8.931 jenis di Sumatera, dengan jumlah tumbuhan endemik sebanyak 3.936 di Kalimantan dan 1.891 di Sumatera. Nilai total jenis tumbuhan di kedua pulau tersebut berkisar 43 - 53 persen dari total jenis tumbuhan yang tercatat di Indonesia.

Sementara itu, total fauna yang tercatat di Kalimantan adalah 7.683 spesies, dan di Sumatera sebanyak 4.546 spesies.

Dari keterangan tertulis yang diterima dari LIPI, Jumat (4/10/2019), daratan Kalimantan dan Sumatera terdiri dari berbagai jenis hutan seperti hutan gambut, kerangas, karst, endapan, rawa dan lainnya yang masing-masing mempunyai ciri khas.

Baca Juga: Sesuai Namanya, Zona Kematian di Everest Ini Kerap Memakan Korban

Hutan yang umum dijumpai di Sumatera dan Kalimantan adalah hutan dataran rendah Dipterokarpa yang tumbuhan penyusunannya adalah jenis tumbuhan dari famili Dipterocarpacea seperti keruing (Dipterocarpus spp.), meranti (Shorea spp.), dan kamper (Dryobalanops spp.). Tipe hutan ini ditemukan hingga Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. 

Saat ini tercatat sedikitnya 371 jenis Dipterocarpacea dengan konsentrasi persebaran tertinggi ada di Kalimantan. Sebanyak 50 persen atau 199 jenis Dipterocarpacea ditemukan di Kalimantan, dan 103 jenis tersebar di Sumatera.

Marga tumbuhannya meliputi Anisoptera, Balanocarpus, Cotylelobium, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, Upuna, dan Vatica. 

Dampak kebakaran hutan

Dari data LIPI, tercatat 90 persen jumlah pohon per hektar atau mencapai 240 pohon mati akibat kebakaran hutan di Kalimantan pada tahun 1998. Tetapi jumlah tersebut bergantung kepada tingkat kebakarannya.

Mengacu pada kejadian kebakaran hutan tahun 1998 dan 2015, kebakaran hutan yang terjadi di tahun ini berpotensi menyebabkan 95 persen jenis tumbuhan terbakar dan mengalami kekeringan.

Lokasi yang terbakar menyebabkan terbukanya kondisi lahan sehingga menyebabkan lahan langsung terpapar matahari dan menurunkan fungsinya sebagai penyedia unsur hara bagi tumbuhan di atasnya untuk regenerasi hutan.